Belajar dari Event Rakernas APPTIS 2023 di Palembang

09 Agustus 2023

Pagi itu kenderaan berlalu lalang di jalanan. Udara pagi yang sejuk membuat saya bersemangat melakukan perjalanan. Suara burung pipit terdengar jelas di telinga. Suara itu membuat suasana pagi semakin ceria. Sambil menunggu kedatangan ojek online, saya membaca pesan Whatsapp di gawai. Seorang teman menyebutkan bahwa dia telah tiba di Pool Bus Epa Star. Saya japri kembali yang bersangkutan bahwa saya akan segera menyusulnya. Tujuan saya hari itu berangkat ke Palembang untuk menghadiri Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (Rakernas APPTIS) yang berlangsung 2 s.d 5 Agustus 2023. Yang bertindak sebagai tuan rumah adalah Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN Rafah). Dalam Rakernas ini, saya berharap agar papper atau makalah yang telah ditulis secara kolaborasi dipresentasikan sehingga partisipan yang hadir dapat mengetahui karya intelektual pustakawan Universitas Andalas (Unand).

            Berdasarkan sejarahnya APPTIS dididirikan pada tanggal 13 Agustus 2011 di Hotel Kenari, Makasar dalam pertemuan para kepala perpustakaan perguruan tinggi Islam atas dukungan Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik yang saat itu dijabat oleh Prof. Dr. H. Machasin. Tujuan APPTIS adalah membantu pemerintah membangun peradaban dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kegiatan pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi Islam yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat kampus dan adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi yang selaras dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (apptis.org, diakses 9 Agustus 2023).

            Setibanya saya di Pool Bus Epa Star, ternyata yang ikut Rakernas APPTIS tidak hanya saya dan rekan dari Unand. Akan tetapi juga rekan-rekan dari Universitas Islam Negeri Imam Bondjol (UIN IB). Mereka berjumlah tiga orang. Berselang lima menit, supir membunyikan klakson pertanda Bus Epa Star dengan tujuan Padang-Palembang segera diberangkatkan. Perjalanan berjalan lancar meskipun sempat terjadi gangguan rem per pada bus namun dapat diatasi oleh supir dan stokar. Seyogianya bus tiba di Gunung Medan pada jam 14:00 WIB akan tetapi yang terjadi bus tiba pukul 17:30 WIB. Saya terpaksa menggabungkan makan siang dan malam sekaligus. Selama perjalanan saya membayangkan akan bekodak di Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang terkenal itu. Saya berangan-angan untuk dapat menjajaki Pulau Kemaro yang melegenda itu. Legendanya mengisahkan tentang suami isteri, Siti Fatimah dan Tan Bun An, saudagar kaya asal Tiongkok yang kapalnya tenggelam ketika hendak kembali ke Daratan Tiongkok. Tak lupa pula dalam perjalanan saya membaca novel Putri Ong Tien yang merupakan isteri ketiga Sunan Gunung Jati. Dalam buku itu saya baru tahu bahwa nama kota Palembang diambil dari nama Menteri Negara utusan Kaisar Hong Gie bernama Pai Lie Bang. Pai Lie Bang juga murid Sunan Gunung Jati. Ketika singgah di Palembang, beliau didaulat rakyat Palembang sebagai Adipati dibawah pemerintahan Kerajaan Demak Bintoro. Pengangkatan beliau sesuai dengan ramalan Sunan Gunung Jati kepada penduduk Palembang. Ramalan itu menyebutkan bahwa seminggu lagi akan datang utusan dari Tiongkok yang akan memimpin Palembang.

            Saya tiba di Palembang jam 10:00 WIB. Dari Pool Epa Star yang berdekatan Asrama Haji, selanjutnya bertolak menuju Hotel Grand Duta Syariah. Meskipun status hotel ini adalah bintang tiga, akan tetapi layanan hotel ini dapat dikatakan sangat baik. Hotel ini pernah mendapatkan penghargaan Pemerintah Kota Palembang pada tahun 2022 dengan kategori pelayanan terbaik untuk hotel bintang tiga. Panita Rakernas APPTIS menjeput saya jam 16:00 WIB ba’da Ashar. Salah satu yang menjeput saya adalah Koh Yang. Nama sebenarnya Yanto. Beliau merupakan Muslim Tionghoa kelahiran Palembang. Profesinya adalah dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Rafah. Kemudian, saya diajak ke Masjid Cheng Ho Palembang yang terletak di Kompleks Jaka Baring. Perjalanan menuju Masjid Cheng Ho ditempuh sekitar 20 menit. Selain saya dan Koh Yang, dimobil itu ada beberapa rekan dari perguruan tinggi negeri keagamaan Islam lainnya. Mobil bergerak melintasi Jembatan Ampera yang masih terlihat ramai dengan lalu lalang kenderaan roda empat. Dari atas jembatan terlihat getek dan kapal berlalu lalang memudiki sungai Musi. Saya tak sempat bekodak sekejap di tepian Sungai Musi dan Jembatan Ampera.

Setibanya di Masjid Cheng Ho, saya spontan berselfi dan foto bersama dengan Koh Yang dan rekan-rekan lain. Saya kagum dengan Masjid Cheng Ho. Menaranya bak pagoda. Interior dalam masjid merupakan perpaduan antara Arab, Cina dan Melayu. Akulturasi yang sangat unik dan indah. Koh Yang bercerita bahwa Masjid Cheng Ho di Indonesia ini ada dua yang satu di Palembang dan Surabaya. Koh Yang juga berkisah di kota Jambi, rencananya akan didirikan pula Masjid Cheng Ho. Saya dan Koh Yang terlibat diskusi tentang penyebaran Islam oleh muslim Tiongkok yang datang ke nusantara di era dinasti Ming. Saya sempat bertanya kepada Koh Yang, kenapa muslim Tiongkok yang menyebarkan Islam ke nusantara, tidak  mengembangkan atau mempopulerkan Mazhab Hanafi sehingga Mazhab Hanafi turut berkembang dan dianut sebagian masyarakat nusantara?. Dengan enteng Koh Yang menjawab bahwa muslim Tiongkok bukanlah manusia kaku yang memaksakan mazhab yang dianutnya. Mereka fleksibel dan lebih menghormati mazhab Syafi’i yang telah lebih dahulu dianut masyarakat nusantara. Agar dapat beradaptasi muslim Tiongkok mengonversi mazhabnya dengan mazhab Syafi’i agar dapat diterima masyarakat. Dengan kemampuan adaptasinya, muslim Tiongkok dapat eksis  dan mampu memperkaya tamadun Islam di nusantara.

Setelah shalat maghrib, saya dan rekan-rekan lain diantar Koh Yang menuju UPT.Perpustakaan UIN Rafah untuk menghadiri Gala Diner Rakernas APPTIS 2023. Acara dilaksanakan di Auditorium UPT.Perpustakaan UIN Rafah. Kata sambutan dilakukan oleh pimpinan APPTIS, Labibah Zain;  Rektor UIN Rafah. Nyayu Khotijah dan Kasubdit Ketenagaan Kementerian Agama Republik Indonesia, Rochmani Basori. Dalam acara ini partisipan Rakernas APPTIS dihibur dengan tari Bujang Manis yang dibawakan oleh Mahasiswa UIN Rafah. Selanjutnya dilaksanakan acara makan malam bersama para pimpinan dan partisipan Rakernas APPTIS. 

Esoknya Rakernas APPTIS 2023 resmi dibuka oleh Rektor UIN Rafah, Nyayu Khotijah. Dalam amanatnya, beliau mengharapkan perpustakaan PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) sudah saatnya untuk beralih ke era digital dengan dukungan teknologi informasi yang mumpuni, dan tentunya dengan SDM yang multi skill. Acara ini juga dihadiri oleh Yudho Widiatmoko sebagai narasumber utama dengan pembahasan Implementasi Peraturan MenPAN-RB 1 tahun 2023. Disamping itu acara ini dihadiri oleh supporting library information yakni distributor dan agen informasi diantaranya Sagung Seto, Cambridge, EBSCO, Pustaka Saintech, nexbib diberikan kesempatan untuk mempromosikan produk perusahaannya. Paska makan siang, dilaksanakan kegiatan presentasi paper. Papper yang saya tulis secara kolaborasi akan dipersentasikan oleh Beni Adri Yassin, S.Kom staf Teknologi Informasi UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Judul papper ini adalah Peran Perpustakaan Masjid Raya Sumatera Barat sebagai sumber belajar Adat Minangkabau. Papper ini mendapat apresiasi dengan predikat BAIK dari reviewer Wiji Suwarno, dosen UIN Salatiga, Jawa Tengah. Sebagai masukan beliau minta rumusan masalah agar ditambahkan dan juga makna filosofi arsitektur Masjid Raya Sumbar yang berdiri tanpa tiang tengah perlu diuraikan di latar belakang paper. Malamnya diadakan introduction tentang Chatgpt bagi partisipan Rakernas APPTIS 2023. Chatgpt adalah sebuah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks. Chatgpt dirancang untuk membantu peneliti dalam membuat rancangan penelitian. Selanjutnya pengurus APPTIS menetapkan tuan rumah Rakernas APPTIS tahun depan adalah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Keesokan harinya acara dilanjutkan dengan perjanjian kerjasama antar sesama Kepala Perpustakaan yang tergabung dalam APPTIS. Setelah makan siang dilanjutkan dengan shalat jumat ke Masjid Cheng Ho. Selesai shalat jumat, perjalanan dilanjutkan kegiatan cultural visit ke Bayt Al-Qur’an, Museum Sultan Mahmud Badaruddin dan Benteng Kuto Besak. Dari kunjungan budaya tersebut dapat dilihat geliat perkembangan peradaban di Kota Palembang. Jelang senja saya dan Beni Adri Yassin diantarkan oleh Topan, seorang staf Perpustakaan UIN Rafah menuju pusat oleh-oleh kota Palembang. Tujuannya, membeli pempek dan kerupuk kemplang untuk disajikan kepada keluarga, tetangga dan rekan kerja.

Hari Sabtu, 5 Agustus 2023, saya dan Beni Adri Yassin beserta rekan-rekan dari UIN IB, Nasrul Makdis, Zulfitri dan Husnah meninggalkan Palembang dan kembali ke Padang. Pelajaran yang dapat diambil dalam event ini adalah kekompakan antar sesama panitia yang berasal dari UIN yang berbeda, panitia juga memberikan pilihan hotel untuk disewa sesuai dengan kemampuan partisipan serta antar jeput bagi partisipan yang sesuai jadwal kegiatan. Transportasi yang disediakan oleh pimpinan UIN Rafah sangat mendukung kegiatan Rakernas APPTIS 2023. Mobil pribadi dan mobil dinas dikerahkan untuk melayani partisipan Rakernas APPTIS 2023. At last but not least adalah terjalinnya silaturahmi yang kuat antar anggota APPTIS baik dari Sumatera maupun luar Sumatera. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam yang diriwayatkan Al-Hakim, “Barangsiapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi”. Saya memimpikan kapan Pekan Library Unand perhelatannya dapat semarak seperti Rakernas APPTIS 2023?. Apakah hal tersebut dapat diwujudkan tahun depan?

Kepergian ke Palembang seakan menapaktilasi jejak Cheng Ho, sang Laksamana Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming dan juga Pai Lie Bang, dikenal sebagai Adipati Palembang. Dari sejarah peradaban masa lalu kita belajar menjadi sebuah bangsa yang besar di masa depan. Setiap peradaban tentu mengalami pasang surut dalam konflik dan damai. Civilization begins with order, grows with liberty and dies with chaos. Peradaban dimulai dengan ketertiban, berkembang dengan kebebasan dan mati dengan kekacauan. Demikian quote Will Durant, sejarawan Amerika Serikat (1885-1981).

Iswadi Syahrial Nupin

                                 Penulis Naskah Terbaik Inkubator Literasi Pustaka Nasional 2022

Read 8032 times Last modified on Rabu, 09 Agustus 2023 17:52