Iswadi Syahrial Nupin

Iswadi Syahrial Nupin

28 Februari 2022

Pada awal Maret 2020, Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kementerian Kesehatan yang dipimpin Terawan Agus Putranto telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas pandemi Covid 19 untuk seluruh wilayah Indonesia. Penetapan status KLB pandemi Covid 19 ini diperkuat melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Corona Virus sebagai Penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan Penanggulangannya. Untuk menghindari terjadinya penularan virus Covid 19, Pemerintah RI melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB didefinisikan sebagai pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.         

Di Universitas Andalas, pelaksanaan PSBB dilakukan dengan cara membagi pekerjaan staf UPT.Perpustakaan Unand. Ada sebagian staf yang bekerja di UPT.Perpustakaan Unand, ada pula yang bekerja di rumah. Terminologi yang jamak diketahui khalayak adalah WFO (Work From Office) dan WFH (Work From Home). Kadang kala aktivitas staf UPT.Perpustakaan Unand terhenti dengan adanya keputusan decision memberlakukan lockdown oleh decision maker. Lockdown adalah penutupan akses di sebuah area, baik itu akses masuk maupun akses keluar. Staf UPT.Perpustakaan Unand dan pemustaka dilarang ke kampus karena adanya penyemprotan desinfektan untuk mencegah berkembangnya virus Covid 19.

Berdasarkan informasi yang dilansir melalui ekon.go.id, awal Oktober 2021, Pemerintah RI melalui siaran pers yang disampaikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pemerintah menyiapkan New Normal dan Herd Immunity menjadi syarat utama. Berdasarkan informasi WHO (World Health Organization), Indonesia telah menjadi salah satu negara yang terbaik dalam penanganan Covid-19. Strategi penanganan pandemi pada sisi hulu, yaitu dilakukannya pencegahan melalui Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), peningkatan testing dan tracing, dan akselerasi vaksinasi telah membawa keberhasilan mengurangi laju penularan virus Covid 19. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa tatanan normal baru akan diberlakukan sebagai keberhasilan dari menurunnya kasus infeksi virus Covid 19 namun masyarakat juga diharapkan tetap mewaspadai penularan varian virus Covid 19 termasuk seperti varian Alpha, Beta, Delta, Gamma, Lambda, Kappa, Iota, Eta, Mu dan Omicron.

Aktifitas kunjungan pemustaka ke UPT.Perpustakaan Unand secara offline yakni berkunjung langsung ke lokasi mulai dari mewabahnya virus Covid 19 sampai dengan tatanan normal baru tidak seperti kondisi sebelum pandemi. Tabel berikut ini menjelaskan jumlah pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara offline :

Tabel 1 Pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara offline tahun 2019-2021

NO

TAHUN

PENGUNJUNG

PERSENTASE

1

2019

327.878

90,7

2

2020

25.370

7

3

2021

8.336

2,3

Total

361.584

100 %

 

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa penurunan jumlah pengunjung secara offline pada tahun 2020 sampai 2021 disebabkan oleh adanya pandemi Covid 19 dan juga kebijakan lockdown serta diberlakukannya belajar mengajar secara online atau daring (dalam jaringan) via platform Zoom. Tatap muka hanya dilaksanakan saat tertentu saja.

Bila dibandingkan dari tahun ke tahun tingkat kunjungan pada periode 2019 s.d 2021 mengalami penurunan secara rata-rata lebih kurang 80 %. Ini berbanding terbalik dengan kunjungan pemustaka yang dilakukan secara online via website dan Online Public Access Catalog (OPAC) milik UPT.Perpustakaan Unand.

Tabel berikut ini menjelaskan tingkat kunjungan pemustaka secara online via website dan OPAC UPT.Perpustakaan Unand :

Tabel 2 : Pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara Online melalui Website dan OPAC 2019 s.d 2021 :

 

NO

 

TAHUN

PENGUNJUNG

  PERSENTASE PENGUNJUNG

WEBSITE

OPAC

WEBSITE

OPAC

1

2019

134.808

65.076

28,26

26,99

2

2020

150.408

79.848

31,54

33,12

3

2021

191.652

96.120

40.18

39.87

 

TOTAL

476.868

241.044

 

 

 

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa terjadi kenaikan sebesar 70 persen jumlah pengunjung online dari tahun 2019 s.d 2020 baik pengunjung Website maupun OPAC. Tingkat kunjungan dalam rentang waktu 2019 s.d 2021 meningkat pesat disebabkan adanya keengganan pemustaka untuk berkunjung ke UPT.Perpustakaan Unand karena adanya kekhawatiran tertular atau terkontaminasi sekaligus juga untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19. Disamping itu sebagian besar publikasi online seperti e-journal dan e-book dapat diakses secara gratis karena adanya izin dari pengelola website yang memberikan hak akses bagi yang ingin mendownload dokumen berkenaan.

Tingkat kunjungan pemustaka secara offline yang cenderung menurun drastis dalam rentang waktu 2019 s.d 2021 sehingga berpengaruh terhadap turunnya tingkat peminjaman koleksi Perpustakaan.

 Berikut ini diuraikan pula jumlah koleksi yang dipinjam secara offline :

Tabel 2 Peminjaman Koleksi UPT.Perpustakaan Unand 2019 s.d 2021

NO

TAHUN

JUMLAH KOLEKSI YANG DIPINJAM (EKSEMPLAR)

PERSENTASE (%)

1

2019

69.036

69,07

2

2020

20.797

20,80

3

2021

10.126

10,13

TOTAL

99.959

100

 

Jumlah koleksi secara dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan dari tahun 2019 s.d 2020 sekitar lebih kurang 48 persen sedangkan rentang waktu dari tahun 2020 s.d 2021 lebih kurang sebesar 10 persen. Rata-rata koleksi yang dipinjam oleh pemustaka dalam satu tahun 96 % adalah koleksi berbahasa Indonesia. Dari penurunan jumlah eksemplar koleksi yang dipinjam, dapat disimpulkan bahwa secara umum pemustaka memiliki kesempatan sedikit untuk berkunjung ke UPT.Perpustakaan Unand karena disebabkan olek kebijakan lockdown dan khawatir terkontaminasi virus Covid 19. Hal lain juga pemustaka yang mayoritas adalah digital native lebih menyukai koleksi digital seperti e-book dan e-journal karena mudah diakses dan tidak membutuhkan ruang atau tempat karena dapat disimpan ke database komputer.

Berdasarkan realitas ini maka dipandang perlu bagi UPT.Perpustakaan Unand melanggan Smart library khususnya Bahasa Indonesia. Hal ini karena koleksi yang sering dipinjam oleh pemustaka umumnya berbahasa Indonesia bukan Inggeris. Smart library adalah  layanan perpustakaan digital yang memberi akses kepada pemustaka untuk meminjam dan membaca buku digital melalui perangkat smartphone secara cepat, dimana saja, kapan saja. Vendor smart library yang terkenal adalah Kubuku dan Aksara Maya. Koleksi smart library sangat mudah dimanfaatkan oleh pemustaka. Apabila UPT.Perpustakaan Unand memiliki e-book maka dapat ditampilkan e-book tersebut di smart library yang dilanggan. Transaksi peminjaman dan pengembalian koleksinya sangat mudah karena menggunakan teknologi informasi di era kekinian. Kita berada di puncak era disrupsi. Festina lente, cepat atau lambat, koleksi digital akan menggantikan koleksi tercetak.

28 Februari 2022

Tahun 2020 adalah salah satu tahun yang memiliki peristiwa luar biasa dibanding tahun sebelumnya. Peristiwa luar biasa yang dimaksud yakni munculnya coronavirus disease yang dikenal dengan Covid 19. Virus Covid 19 telah menjangkiti banyak orang sejak kemunculannya di Wuhan, Republik Rakyat Cina. Keberadaan virus Covid 19 telah mengubah tatanan kehidupan yang ada. Kegiatan yang seyogianya dilaksanakan seperti studi banding ke Perpustakaan Perguruan Tinggi terpaksa mengalami penundaan sampai batas waktu yang tak dapat ditentukan. Selama pandemi berlangsung telah terjadi kejenuhan dalam bekerja yang dialami oleh Pustakawan. Apalagi ketika adanya penerapan kebijakan WFH (Work From Home). Pustakawan yang biasanya rajin berinteraksi melayani mahasiswa menjadi “kesepian” karena Sivitas Akademika enggan mengunjungi Perpustakaan karena khawatir tertular virus Covid 19. WFH  sebenarnya pengejawantahan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019.

PP tersebut menyebutkan bahwa pembatasan sosial tersebut paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. PP ini dikuatkan oleh Keputusan Presiden (Kepres) No.11 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa pandemi coronavirus sebagai bencana nasional. Fenomena yang sama sekali baru ini membuat semua aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) melalui platfrom Google meet atau Zoom. Perpustakaan Perguruan Tinggi juga terpaksa melakukan Sosialisasi Perpustakaan secara daring.  Sosialisasi Perpustakaan secara daring keuntungannya adalah audien dapat berkomunikasi langsung dengan narasumber tanpa bersua langsung sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan koneksi internet yang stabil untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.

Kondisi Perpustakaan Perguruan Tinggi selama pandemi Covid 19 mengalami penyusutan jumlah pengunjung perpustakaan dibandingkan kondisi pra pandemi. Rendahnya tingkat kunjungan yang menurut drastis pada medio Maret 2020 disebabkan adanya perintah lockdown oleh decision maker Perguruan Tinggi untuk memutus mata rantai penularan virus di kampus. Selama masa lockdown kampus ditutup dan hanya beberapa staf kampus yang diperkenankan hadir serta proses belajar mengajar pun secara total dilaksanakan secara daring. Pengembalian koleksi Perpustakaan dilaksanakan melalui bantuan Satpam (Satuan Pengamanan) yang menerima koleksi buku yang dikembalikan untuk segera dilaporkan kepada petugas Perpustakaan. Pengunjung biasanya dihitung berdasarkan kunjungan secara fisik. Pengunjung perpustakaan didefinisikan siapa pun dengan latar belakang apa pun yang terdaftar ketika berkunjung ke Perpustakaan. Pengunjung Perpustakaan belum tentu pemustaka dan setiap pemustaka pasti pengunjung perpustakaan. Kunjungan secara fisik ke Perpustakaan wajib mematuhi standar protokol 3 M yaitu Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak. Untuk mencegah berkembangbiaknya virus Covid 19, Perpustakaan Perguruan Tinggi juga melakukan penyemprotan desifektan yang dilaksanakan setiap minggu.

Di Perpustakaan Perguruan Tinggi telah disediakan westafel dan juga hand sanitizer bagi pengunjung Perpustakaan. Ketika sebuah Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki web (baca: Perpustakaan Digital) yang diakses oleh orang lain maka secara langsung orang yang mengakses informasi yang disediakan adalah pengunjung Perpustakaan Digital. Perpustakaan Perguruan Tinggi seyogianya memasang piranti lunak yang dapat mengetahui siapa saja yang mengunjungi Perpustakaan Digitalnya. Piranti lunak yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah pengunjung Perpustakaan Digital adalah SimilarWeb, Alexa, Website Worth Calculator dan sebagainya.

Menu virtual library tour (Tur Virtual Perpustakaan) merupakan alternatif mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi di era pandemi Covid 19 secara virtual. Jumlah pengunjungnya dapat dihitung secara statistik. Pelaksanaannya bisa juga dipandu oleh pustakawan dan juga dapat diakses sendiri. Beberapa Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Kementerian / Lembaga telah memiliki menu virtual library tour antara lain Perpustakaan Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan Perpustakaan Universitas Telekom serta Perpustakaan Riset Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Disamping sebagai wahana mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi secara virtual, virtual library tour juga dapat digunakan sebagai wahana wisata. Keberadaan menu virtual library tour pada web Perpustakaan Perguruan Tinggi (baca : Perpustakaan Digital) sangat urgent di era kekinian. Tampilan menu virtual library tour biasanya memuat bagian depan yaitu pintu masuk, lobby dan ruangan yang disediakan oleh Perpustakaan.  Keuntungan virtual library tour bagi pengunjung Perpustakaan Digital yaitu :

1. Hemat Biaya

Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, biaya makan dan biaya lainnya. Hanya dengan dengan menggunakan laptop dan koneksi internet yang stabil, pengunjung dapat melihat seperti apa ruang di dalam Perpustakaan yang dituju.

2. Hemat Tenaga

    Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk pergi ke Perpustakaan yang dituju secara fisik apa lagi Perpustakaan tersebut jauh diluar kota karena hal itu dapat menguras tenaga. Pengunjung Perpustakaan Digital cukup mengklik menu virtual library tour langsung dapat melihat bagian dalam Perpustakaan dengan segala kelengkapannya.

    Namun demikian, ada pula sisi lemah dari virtual library tour ini yaitu :

    1. Jaringan Internet

    Jaringan internet yang tidak stabil menyulitkan pengunjung untuk mengakses menu virtual library tour ketika akan pindah dari satu ruang ke ruang maya lainnya. Kondisi jaringan internet yang lelet itu biasanya dialami masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ini sangat menyulitkan mereka mengakses menu virtual library tour.

    2. Tidak Puas

    Pengunjung Perpustakaan hanya dapat mengeksplorasi apa yang telah disajikan pada menu virtual library tour. Mereka hanya bisa melihat foto panorama yang dapat dilihat dari berbagai sudut yaitu 360 derajat. Pengunjung tidak dapat bebas pergi ke sudut lain yang dia inginkan. Ini yang membedakan dengan kunjungan secara fisik.

    3. Menyebabkan sakit mata

    Mengakses menu virtual library tour melalui smartphone itu berarti bahwa pengunjung Perpustakaan Digital harus memandang smartphone agak lama sampai dengan kegiatan tour selesai. Akibat yang ditimbulkan memandang smartphone agak lama bisa menyebabkan mata lelah dan berair sehingga menyebabkan mata menjadi pedih. Mata juga dapat pedih karena radiasi yang ditimbulkan oleh smartphone.

    Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat mengembangkan virtual library tour melalui piranti lunak yang informasinya tersedia di internet. Penyajian virtual library tour dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan gambar atau pun video, selain itu dapat menggunakan gambar 3D (3 Dimensi). Kedepan, Perpustakaan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand) perlu memiliki menu virtual library tour pada Perpustakaan Digitalnya. Dengan adanya menu tersebut diharapkan pengunjung UPT.Perpustakaan Unand dapat diketahui secara virtual berdasarkan latar belakang pendidikan dan kebangsaannya. Keberadaan menu virtual library tour adalah trend era new normal sehingga mengharuskan Perpustakaan mengimplementasikannya demi meningkatkan jumlah pengunjungnya. Aplikasi yang direkomendasikan untuk rancang bangun virtual library tour adalah Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dibangun dengan software Adobe Audition, Blender 3 D, Unity 2018 1.6fl, dan notepad ++ serta aplikasi berbasis Android. Semoga Revolusi Industri 4.0 dapat diwujudkan di UPT.Perpustakaan Unand sesuai ekspektasi Pustakawan. Vita in motu, hidup terus berjalan, pekerjaan belum selesai !.

    28 Februari 2022

    Judul esai diatas sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti para mahasiswa yang mengenyam Pendidikan Diploma Tiga (D3) dan Strata Satu (S1) Ilmu Perpustakaan. Terlalu spekulatif sebenarnya apabila dikatakan bahwa era disrupsi, profesi pustakawan akan hilang dalam tamadun manusia. Penulis meyakini bahwa profesi Pustakawan akan senantiasa eksis hanya saja perannya menjadi konsultan informasi dan manajer informasi dalam suatu institusi. Peran tersebut menuntut Pustakawan agar belajar beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat. Pustakawan harus memiliki semangat sebagai pembelajar mandiri.

    Pada pertengahan Desember 2021, penulis kedatangan mahasiswa Diploma Tiga (D3) Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB). Kedatangan mahasiswa tersebut untuk melaksanakan observasi ke Bidang Pelayanan Referensi dan Koleksi Berkala di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand). Observasi yang mereka lakukan bertujuan untuk meyelesaikan tugas mata kuliah Layanan Perpustakaan. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah dibutuhkan bukti fisik yakni daftar kehadiran mahasiswa, data pendukung dan hasil wawancara yang direkam melalui gadged serta foto bersama pustakawan yang bertidak sebagai nara sumber.

    Dalam kesempatan tersebut penulis menjelaskan hal-hal yang terjadi di era disrupsi kepada mahasiswa. Yang terjadi sebenarnya adalah penggunaan dan implementasi Artificial inteligence (AI) berbasis teknologi robotik, Big Data dan Augmented Reality (AR ) di Perpustakaan Perguruan Tinggi secara masif. Secara definisi sebagaimana yang dilansir di Britannica.com, artificial intelligence (AI), the ability of a digital computer or computer-controlled robot to perform tasks commonly associated with intelligent beings. Artificial inteligence dapat dikatakan kecerdasan buatan yang menggunakan robot dan komputer digital dalam melakukan pekerjaan sebagai prototip makhluk yang cerdas. Terminolgi ini sering digunakan untuk menjelaskan pengembangan sistem yang berbasis pada karakteristik proses intelektual manusia untuk menalar, menemukan makna, menggeneralisasi atau belajar dari pengalaman masa lalu. Penerapan kecerdasan buatan dapat dilakukan dengan cara mengoperasikan teknologi robotik untuk melakukan shelving (penataan koleksi buku), weeding (mengeluarkan koleksi buku yang rusak) dan stock opname (sensus koleksi buku). Robot dapat pula berperan sebagai pustakawan referensi dengan menerapkan kecerdasan buatan berbasis sistim pakar. Robot dapat melakukan tanya jawab dan merekomendasikan koleksi apa yang harus dijadikan referensi bagi pemustaka sebagai rujukan bagi penelitiannya.

    Big data adalah data yang tersedia dalam database dengan jumlah besar yang terdiri atas beragam subyek ilmu pengetahuan. Dilansir pada gartner.com, Big data didefinisikan sebagai high-volume, high-velocity and/or high-variety information assets that demand cost-effective, innovative forms of information processing that enable enhanced insight, decision making, and process automation. Ini bermakna bahwa big data merupakan aset informasi yang memiliki volume yang tinggi, beragam, berisi informasi inovatif, hemat biaya, meningkatkan wawasan bagi pengambil keputusan sebagai proses automatisasi. Pemanfaatan Big data dapat dikatakan ekses dari Internet of Thing (IoT) di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustakawan harus mampu mengetahui e-resources yang di Internet yang disimpan di cloud computing (computasi awan).

    Dikutip dari Unair News online, peran pustakawan dalam implementasi big data di perpustakaan dinilai cukup penting, bekerjasama dengan para data analyst, data architect, IT specialist, untuk membangun database perpustakaan. Tugas dari pustakawan yang paling urgen adalah menentukan metadata, membuat thesaurus untuk membantu temu balik kembali, dan membuat parameter penelusuran. Implementasi big data di perpustakaan juga diikuti dengan pengembangan database teknologi, peningkatan skill pustakawan, mempromosikan interlibrary loan, dan layanan informasi personalisasi.

    Augmented Reality adalah teknologi yang diperoleh dengan menggabungkan secara real time konten digital yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Merriam-Webster.com, bahwa augmented reality didefinisikan sebagai an enhanced version of reality created by the use of technology to overlay digital information on an image of something being viewed through a device (such as a smartphone camera). Dengan kata lain augmented reality merupakan pengejawantahan versi nyata yang dibuat dan disempurnakan dengan teknologi digital menggunakan perangkat kamera seperti smartphone. Pemanfaatan konsep augmented reality dapat memudahkan hubungan dunia maya dengan dunia nyata hanya dengan memanfaatkan gadged yang ada ditangan. Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat menerapkannya dengan melengkapi menu virtual tour pada Perpustakaan Digitalnya (baca : website). Kemudahan memanfaatkan menu virtual tour dapat dimanfaatkan pemustaka untuk mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi tanpa biaya. Hanya dengan duduk santai di rumah, pemustaka dapat melihat kondisi Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dikunjunginya.

    28 Februari 2022

    Pada 21 Januari 2019, Jepang meresmikan Society 5.0 sebagai konsep menggunakan ilmu pengetahuan berbasis artificial intelligence, robotic dan Internet of Things (IoT). Dilansir dari website pemerintah Jepang, yaitu Cao.go.jp, disebutkan bahwa Society 5.0 diusulkan dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 menjadi blue print bangsa Jepang untuk mencapai cita-citanya di masa depan. Inovasi Society 5.0 diharapkan dapat mencapai masyarakat yang berwawasan, memecah rasa stagnasi dan hidup dalam suasana nyaman.

    Ada perbedaan yang signifikan antara Revolusi Industri 4.0 dengan Society 5.0. Revolusi Industri 4.0 menggunakan artificial intelligence, dan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern dan mengandalkan manusia sebagai komponen utama. Dengan kata lain, manusia memainkan peranan penting dalam penggunaan teknologi. Manusia adalah penentu berbahaya atau tidaknya teknologi itu digunakan bagi kemanusiaan.

    Ditinjau dari kajian historis, konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep yang pernah ada sebelumnya. Sebagaimana yang diketahui, Society 1.0 adalah era berburu dan mengenal tulisan. Dilanjutkan dengan Society 2.0 yang biasa disebut sebagai era pertanian dan peternakan. Manusia sudah mengenal bercocok tanam dan menjinakkan hewan liar dan mengembangbiakkannya dengan cara beternak. Ketika era Society 3.0, kehidupan manusia sudah memasuki era industri. Pekerjaan manusia mulai menggunakan mesin untuk membantu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Seiring perkembangan sains dan teknologi dalam peradaban manusia, di era Society 4.0, manusia telah mengenal komputer hingga internet. Era Society 5.0 merupakan era semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

    Konsep Society 5.0 sangat tepat diterapkan di Perpustakaan Perguruan Tinggi termasuk UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand). Pustakawan dan Sivitas Akademika Unand sebagai pemustaka dituntut mampu bekerjasama dengan baik khususnya dalam penerapan teknologi informasi yang berkembang pesat. Agar di UPT.Perpustakaan Unand dapat diterapkan Society 5.0 maka Pustakawan harus mampu menerapkan 4 C yaitu :

    1. Creativity

    Di lansir dari Glosarium Online, creativity adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara baru atau tidak lazim, dan menghasilkan jalan keluar atau cara pemecahan yang unik untuk memecahkan masalah. Pustakawan Unand dituntut mampu mencarikan jalan keluar dengan mengaplikasikan teknologi informasi untuk mengatasi masalah di UPT.Perpustakaan Unand. Misalnya, penerapan peminjaman buku dan bebas pustaka secara mandiri berbasis internet online adalah solusi untuk menyederhanakan aktivitas pemustaka. Pemustaka yang biasanya meminjam buku dengan cara mengantri di konter dan dilayani dalam menginput proses peminjaman oleh pustakawan kini tidak ada lagi. Mahasiswa yang bebas pustaka dapat mendaftar dari rumah tanpa perlu ke UPT.Perpustakaan Unand. Aplikasi bebas pustaka UPT.Perpustakaan Unand terhubung dengan Bidang Akademi Rektorat Unand. Pihak akademik Rektorat Unand akan melakukan verifikasi. Apabila pemustaka masih mempunyai tunggakan peminjaman buku maka yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan wisuda sampai permasalahannya diselesaikan dengan UPT.Perpustakaan Unand.

    2. Critical Thinking

    Dilansir dari Binus University Online, critical thinking merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis, berdasarkan informasi yang didapat dan diolah sesuai kemampuan. Pustakawan yang critical thinking adalah pustakawan yang memiliki rasa ingin tahu, kreativitas, tekun dan obyktif. Pustakawan yang apatis dan tidak adaptif dipastikan tidak akan mampu membuat keputusan logis yang didasarkan atas informasi yang dianalisisnya. Misalnya, UPT.Perpustakaan Unand memiliki tingkat kunjungan yang tinggi pada websitenya namun jumlah pengunjung tidak dapat dideteksi karena ketiadaan tools yang memudahkan memantau trafik website. Oleh karena itu pustakawan perlu mengusulkan pembelian software SEMrush untuk memantau kunjungan pemustaka yang mengakses website kepada decision maker.

    3. Communication

    Mulyana (2007) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses menyarankan suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Era Society 5.0 menuntut Pustakawan Unand memahami komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok (group communication), komunikasi organisasi (organization communication) dan komunikasi massa (mass communication). Efendy (1993) Komunikasi intrapribadi mencakup komunikasi antara dua orang dimana kontak langsung terjadi dalam bentuk percakapan, bisa langsung berhadapan muka (face to face) atau bisa melalui media seperti telepon. Pustakawan seyogianya mampu berkomunikasi dengan baik kepada atasan, rekan kerja dan bawahan serta pemustaka. Adanya kemampuan komunikasi yang baik maka akan dicapai pula kerjasama yang baik dengan semua pihak yang bersangkutan. Pustakawan perlu pula membina komunikasi kelompok. Dilansir via Wikipedia Online, komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang dengan jumlah minimal 3 orang atau lebih. Dalam komunikasi kelompok, tiap peserta akan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang sebagai bagian dari kelompok. Di UPT.Perpustakaan Unand ada beberapa Bidang Kerja seperti Automasi, Sirkulasi, Tata Usaha, dan Pengolahan Koleksi. Antara Bidang Kerja yang berbeda itu diharapkan satu sama lain bersinergi demi menyukseskan visi dan misi UPT.Perpustakaan Unand. Komunikasi yang baik antara pustakawan di bidang kerja yang satu dengan yang lain membuat produktivitas kerja menjadi semakin baik. Misalnya, masalah digitalitasi grey literature. Koleksi skripsi, tesis dan disertasi yang akan didigitalisasi diturunkan dari rak Local Content dan selanjutnya dibawa ke Bidang Kerja Automasi. Di Automasi karena jumlah staf yang sedikit didiskusikan secara bersama sehingga pekerjaan digitalisasi masuk dalam kegiatan lembur UPT.Perpustakaan Unand. Kegiatan ini dikerjakan setiap hari Sabtu dengan rekan-rekan di Bagian Pengolahan Koleksi. Ini akan terjadi kalau komunikasi kelompok itu terwujud dengan baik yang didasari atas espirit de corps yang tinggi sesama Pustakawan. Komunikasi Organsasi perlu pula ditingkatkan di UPT.Perpustakaan Unand. Goldhaber (1989) menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan pertukaran pesan dalam sebuah jaringan hubungan yang saling tergantung satu dengan yang lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Misalnya, informasi kenaikan jabatan pustakawan. Pustakawan Unand seyogianya dapat berkomunikasi dengan baik kepada pihak Bagian Kepegawaian Hukum dan Tata Laksana sehingga tidak ada lagi permasalahan tentang kenaikan pangkat Pustakawan. Penguasaan ilmu komunikasi massa perlu pula dipahami oleh Pustakawan Unand. Dilansir dari Wikipedia, komunikasi massa adalah proses di mana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak. Aktivitas Pustakawan Unand telah merambah dunia media sosial (medsos). UPT.Perpustakaan Unand memiliki Facebook dan Instagram yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada Pemustaka. Pemustaka dapat mengetahui kegiatan apa yang akan, sedang dan telah berlangsung tanpa harus datang ke Perpustakaan. Hanya dengan Like dan Follow Facebook dan Instagram UPT.Perpustakaan Unand via gadged. Website Perpustakaan dapat juga dikatakan media komunikasi antara Pustakawan dengan Pemustaka. Pemustaka dapat menyampaikan koleksi yang perlu diadakan dan masukan lain melalui surat elektronik untuk kemajuan Perpustakaan. Website UPT.Perpustakaan Unand juga berisi informasi tentang berita dan esai kepustakawaan. Oleh karena itu pustakawan perlu senantiasa belajar kaidah penulisan berita dalam kajian jurnalistik dan juga penulisan esai yang baik dan mudah dipahami oleh pemustaka.

    4. Collaboration

    Dilansir dari Badan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Collaboration atau kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Pustakawan dituntut mampu berkolaborasi dengan unit kerja di lembaga yang menaunginya. Pustakawan Unand harus mampu berkolaborasi secara internal dengan pihak fakultas, lembaga dan unit kerja dilingkungan Unand. Pustakawan juga harus mampu bekerja sama dengan pihak Perpustakaan kampus yang berada di luar Unand baik Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri maupun Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta. Misalnya kerjasama dalam membentuk Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI). Pustakawan baik Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta bekerja sama mewujudkan keberadaan FPPTI dan melaksanakan kegiatan yang diagendakan. Dapat pula dirancang proses peminjaman koleksi bersama. Dengan kata lain, koleksi UPT.Perpustakaan Unand dapat dipinjam oleh pemustaka Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta yang Perpustakaannya terdaftar menjadi Anggota FPPTI. Data peminjaman pemustaka Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta dapat diketahui bersama secara online. Selama pemustaka tersebut memiliki tunggakan peminjaman buku maka yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan wisuda. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dirancang database Perpustakaan bersama antar anggota FPPTI.

                Omnia mutantur nos et mutamur in illis, kita semua harus berubah dan berubah didalamnya. Era Society 5.0 telah mendisrupsi semua pekerjaan yang telah baku sebelumnya. Pustakawan wajib melakukan transformasi pengetahuan dan adaptif dengan perubahan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Sikap sebagai pembelajar mandiri menjadi keniscayaan bagi pustakawan untuk tetap eksis dalam dunia kepustakawanan.