Print this page

Virtual Library Tour sebagai alternatif kunjungan ke UPT Perpustakaan Unand

28 Februari 2022

Tahun 2020 adalah salah satu tahun yang memiliki peristiwa luar biasa dibanding tahun sebelumnya. Peristiwa luar biasa yang dimaksud yakni munculnya coronavirus disease yang dikenal dengan Covid 19. Virus Covid 19 telah menjangkiti banyak orang sejak kemunculannya di Wuhan, Republik Rakyat Cina. Keberadaan virus Covid 19 telah mengubah tatanan kehidupan yang ada. Kegiatan yang seyogianya dilaksanakan seperti studi banding ke Perpustakaan Perguruan Tinggi terpaksa mengalami penundaan sampai batas waktu yang tak dapat ditentukan. Selama pandemi berlangsung telah terjadi kejenuhan dalam bekerja yang dialami oleh Pustakawan. Apalagi ketika adanya penerapan kebijakan WFH (Work From Home). Pustakawan yang biasanya rajin berinteraksi melayani mahasiswa menjadi “kesepian” karena Sivitas Akademika enggan mengunjungi Perpustakaan karena khawatir tertular virus Covid 19. WFH  sebenarnya pengejawantahan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019.

PP tersebut menyebutkan bahwa pembatasan sosial tersebut paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. PP ini dikuatkan oleh Keputusan Presiden (Kepres) No.11 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa pandemi coronavirus sebagai bencana nasional. Fenomena yang sama sekali baru ini membuat semua aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) melalui platfrom Google meet atau Zoom. Perpustakaan Perguruan Tinggi juga terpaksa melakukan Sosialisasi Perpustakaan secara daring.  Sosialisasi Perpustakaan secara daring keuntungannya adalah audien dapat berkomunikasi langsung dengan narasumber tanpa bersua langsung sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan koneksi internet yang stabil untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.

Kondisi Perpustakaan Perguruan Tinggi selama pandemi Covid 19 mengalami penyusutan jumlah pengunjung perpustakaan dibandingkan kondisi pra pandemi. Rendahnya tingkat kunjungan yang menurut drastis pada medio Maret 2020 disebabkan adanya perintah lockdown oleh decision maker Perguruan Tinggi untuk memutus mata rantai penularan virus di kampus. Selama masa lockdown kampus ditutup dan hanya beberapa staf kampus yang diperkenankan hadir serta proses belajar mengajar pun secara total dilaksanakan secara daring. Pengembalian koleksi Perpustakaan dilaksanakan melalui bantuan Satpam (Satuan Pengamanan) yang menerima koleksi buku yang dikembalikan untuk segera dilaporkan kepada petugas Perpustakaan. Pengunjung biasanya dihitung berdasarkan kunjungan secara fisik. Pengunjung perpustakaan didefinisikan siapa pun dengan latar belakang apa pun yang terdaftar ketika berkunjung ke Perpustakaan. Pengunjung Perpustakaan belum tentu pemustaka dan setiap pemustaka pasti pengunjung perpustakaan. Kunjungan secara fisik ke Perpustakaan wajib mematuhi standar protokol 3 M yaitu Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak. Untuk mencegah berkembangbiaknya virus Covid 19, Perpustakaan Perguruan Tinggi juga melakukan penyemprotan desifektan yang dilaksanakan setiap minggu.

Di Perpustakaan Perguruan Tinggi telah disediakan westafel dan juga hand sanitizer bagi pengunjung Perpustakaan. Ketika sebuah Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki web (baca: Perpustakaan Digital) yang diakses oleh orang lain maka secara langsung orang yang mengakses informasi yang disediakan adalah pengunjung Perpustakaan Digital. Perpustakaan Perguruan Tinggi seyogianya memasang piranti lunak yang dapat mengetahui siapa saja yang mengunjungi Perpustakaan Digitalnya. Piranti lunak yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah pengunjung Perpustakaan Digital adalah SimilarWeb, Alexa, Website Worth Calculator dan sebagainya.

Menu virtual library tour (Tur Virtual Perpustakaan) merupakan alternatif mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi di era pandemi Covid 19 secara virtual. Jumlah pengunjungnya dapat dihitung secara statistik. Pelaksanaannya bisa juga dipandu oleh pustakawan dan juga dapat diakses sendiri. Beberapa Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Kementerian / Lembaga telah memiliki menu virtual library tour antara lain Perpustakaan Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan Perpustakaan Universitas Telekom serta Perpustakaan Riset Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Disamping sebagai wahana mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi secara virtual, virtual library tour juga dapat digunakan sebagai wahana wisata. Keberadaan menu virtual library tour pada web Perpustakaan Perguruan Tinggi (baca : Perpustakaan Digital) sangat urgent di era kekinian. Tampilan menu virtual library tour biasanya memuat bagian depan yaitu pintu masuk, lobby dan ruangan yang disediakan oleh Perpustakaan.  Keuntungan virtual library tour bagi pengunjung Perpustakaan Digital yaitu :

1. Hemat Biaya

Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, biaya makan dan biaya lainnya. Hanya dengan dengan menggunakan laptop dan koneksi internet yang stabil, pengunjung dapat melihat seperti apa ruang di dalam Perpustakaan yang dituju.

2. Hemat Tenaga

    Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk pergi ke Perpustakaan yang dituju secara fisik apa lagi Perpustakaan tersebut jauh diluar kota karena hal itu dapat menguras tenaga. Pengunjung Perpustakaan Digital cukup mengklik menu virtual library tour langsung dapat melihat bagian dalam Perpustakaan dengan segala kelengkapannya.

    Namun demikian, ada pula sisi lemah dari virtual library tour ini yaitu :

    1. Jaringan Internet

    Jaringan internet yang tidak stabil menyulitkan pengunjung untuk mengakses menu virtual library tour ketika akan pindah dari satu ruang ke ruang maya lainnya. Kondisi jaringan internet yang lelet itu biasanya dialami masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ini sangat menyulitkan mereka mengakses menu virtual library tour.

    2. Tidak Puas

    Pengunjung Perpustakaan hanya dapat mengeksplorasi apa yang telah disajikan pada menu virtual library tour. Mereka hanya bisa melihat foto panorama yang dapat dilihat dari berbagai sudut yaitu 360 derajat. Pengunjung tidak dapat bebas pergi ke sudut lain yang dia inginkan. Ini yang membedakan dengan kunjungan secara fisik.

    3. Menyebabkan sakit mata

    Mengakses menu virtual library tour melalui smartphone itu berarti bahwa pengunjung Perpustakaan Digital harus memandang smartphone agak lama sampai dengan kegiatan tour selesai. Akibat yang ditimbulkan memandang smartphone agak lama bisa menyebabkan mata lelah dan berair sehingga menyebabkan mata menjadi pedih. Mata juga dapat pedih karena radiasi yang ditimbulkan oleh smartphone.

    Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat mengembangkan virtual library tour melalui piranti lunak yang informasinya tersedia di internet. Penyajian virtual library tour dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan gambar atau pun video, selain itu dapat menggunakan gambar 3D (3 Dimensi). Kedepan, Perpustakaan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand) perlu memiliki menu virtual library tour pada Perpustakaan Digitalnya. Dengan adanya menu tersebut diharapkan pengunjung UPT.Perpustakaan Unand dapat diketahui secara virtual berdasarkan latar belakang pendidikan dan kebangsaannya. Keberadaan menu virtual library tour adalah trend era new normal sehingga mengharuskan Perpustakaan mengimplementasikannya demi meningkatkan jumlah pengunjungnya. Aplikasi yang direkomendasikan untuk rancang bangun virtual library tour adalah Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dibangun dengan software Adobe Audition, Blender 3 D, Unity 2018 1.6fl, dan notepad ++ serta aplikasi berbasis Android. Semoga Revolusi Industri 4.0 dapat diwujudkan di UPT.Perpustakaan Unand sesuai ekspektasi Pustakawan. Vita in motu, hidup terus berjalan, pekerjaan belum selesai !.

    Read 7587 times Last modified on Jumat, 04 Maret 2022 10:43