Iswadi Syahrial Nupin

Iswadi Syahrial Nupin

15 Desember 2021

Perpustakaan merupakan growing organism sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Di masa lalu Perpustakaan hanya gudang yang penuh dengan tumpukan buku. Penjaga gudang buku itu adalah pustakawan yang berada dibelakang tumpukan buku. Perpustakaan dianggap sebagai tempat ekslusif yang pemakainya khusus kalangan ilmuan. Perpustakaan bukanlah public sphere yang dapat digunakan untuk kepentingan kreativitas publik dan berkumpulnya masyarakat (community center).

            Makerspace telah menjadi trend perpustakaan di zaman now. Perpustakaan tidak hanya menyediakan kebutuhan pemustaka akan informasi akan tetapi juga menyediakan kebutuhan pemustaka yang berkaitan dengan jasa lainnya. Menurut Wikipedia dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Library_makerspace, Makerspace Perpustakaan didefinisikan sebagai A library makerspace is an area and/or service that offers library patrons an opportunity to create intellectual and physical materials using resources such as computers, 3-D printers, audio and video capture and editing tools, and traditional arts and crafts supplies. In the field of library science, makerspaces are classified as a type of library service offered by librarians to patrons. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Makerspace Perpustakaan merupakan layanan yang menawarkan kesempatan bagi para pemustaka untuk membuat materi intelektual dan fisik dengan menggunakan sumber daya seperti komputer, printer 3-D, alat perekam dan video audio dan video, dan perlengkapan seni dan kerajinan tradisional. Di bidang ilmu perpustakaan, makerspace diklasifikasikan sebagai jenis layanan perpustakaan yang ditawarkan oleh pustakawan kepada pelanggan. Eksistensi makerspace di Perpustakaan sangat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah pemustaka dan juga menawarkan library entrepreneurship yaitu kewirausahaan dibidang perpustakaan. Pustakawan dapat berperan sebagai manager atau pemilik modal pada makerspace yang disediakan oleh Perpustakaan. Menurut Kyungwon Koh & June Abbas dalam Competencies for Information Professionals in Learning Labs and Makerspaces yang diterbitkan oleh Journal of Education for Library and Information Science, Vol. 56, No. 2 April 2015,  agar makerspace di Perpustakaan berjalan dengan baik dibutuhkan Pustakawan yang memiliki keterampilan sebagai berikut :

Pertama, kemampuan untuk belajar (to learn). Seorang pustakawan harus mempunyai kemampuan untuk belajar dan mempunyai sikap positif dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dalam hal ini, seorang pustakawan harus berpikir terbuku (open mind). Dalam konteks makerspace, keberadaan teknologi dan peralatan yang digunakan dalam makerspace juga terus berkembang. Untuk itu, pustakawan harus terus belajar dan meng-upgrade pengetahuannya tentang hal-hal baru yang bisa diterapkan pada makerspace.

Kedua, kemampuan untuk berdaptasi pada perubahan situasi (to adapt to changing situations). Di dunia ini, segala sesuatu bisa berubah kapan saja, mulai dari tugas, tanggung jawab pekerjaan, situasi alam, perkembangan teknologi, dan sebagainya. Untuk itu, seorang pustakawan profesional harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. Makerspace akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, profesionalisme harus didukung dengan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri kebutuhan zaman.

Ketiga, kemampuan untuk berkolaborasi (to collaborate), Untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa, seseorang membutuhkan sebuah kolaborasi. Tidak semua hal bisa dikerjakan sendiri. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia bahwa ia adalah makhluk sosial di mana keberadaannya selalu membutuhkan manusia yang lain. Demikian halnya untuk membangun sebuah makerspace. Seorang pustakawan harus berkolaborasi dengan pihak lain untuk memberikan warna baru di perpustakaan dengan adanya makerspace. Bagaimanapun, makerspace adalah tempat berkumpulnya para makers untuk menghasilkan sebuah produk baru sehingga dibutuhkan adanya sharing ide dari berbagai pihak dengan disiplin pengetahuan yang berbeda. Seorang pustakawan dapat berkolaborasi dengan para makers untuk mengembangkan sebuah ide dan mengerjakan sebuah proyek baru. Di sinilah pentingnya kemampuan berkolaborasi.

Keempat, kemampuan untuk mengadvokasi pembelajaran (to advocate for the learning). kemampuan untuk mengadvokasi (mendampingi) proses pembelajaran pada makerspace. Seorang pustakawan dalam hal ini harus bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa keberadaan perpustakaan bisa menjadi tempat belajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam bidang tertentu melalui makerspace.

Kelima, kemampuan untuk melayani beragam orang. Dalam hal ini, seorang pustakawan mengetahui keberagaman karakter masyarakat, mulai dari latar belakang budaya, kemampuan, usia, gender, dan lainnya. Hal ini agar proses pembelajaran yang ada di makerspace dapat berjaan dengan baik. Setiap orang dengan karakter yang berbeda akan berbeda pula cara mereka dalam belajar dan juga berpikir. Setiap orang yang ada di makerspace harus merasa nyaman untuk belajar dengan individu yang berbeda. Untuk itu  seorang pustakawan harus mampu melayani semua kalangan masyarakat.

            Di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas belum tersedia layanan yang sesuai dengan definisi makerspace. Walaupun pernah terdapat warung mini yang menjual makanan ringan dan sarapan pagi di lantai satu gedung UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. UPT.Perpustakaan Universitas Andalas belum pernah menawarkan kepada pemustaka untuk memanfaatkan ruang-ruang kosong yang berada di lantai satu sampai lantai empat. Seyogianya beberapa ruang kosong itu dapat didesain ulang agar dapat ditawarkan kepada pemustaka. Ada beberapa makerspace yang dapat dilaksanakan di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas :

Pertama, Biro Jasa. UPT.Perpustakaan Universitas Andalas dapat menawarkan ruang kepada pemustaka untuk dimanfaatkan membuat Biro Jasa. Biro Jasa yang ditawarkan adalah Jasa Pembayaran Air dan Listrik, Penyediaan Token Listrik, Pembayaran Langganan TV Kabel, Pemesanan Tiket Pesawat, Penyediaan Pulsa dan Kartu Handphone dan sebagainya. Pemustaka sebagai pemilik modal menyewa makerspace tersebut dan juga membayar uang kebersihan. Pustakawan dapat pula dengan modal bersama berinvestasi dalam penyelenggaraan biro jasa ini. Keberadaan Biro Jasa ini di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas sangat memudahkan pemustaka melakukan pembayaran air dan listrik tanpa harus meninggalkan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas.

Kedua, Counter Jasa Service Laptop, Komputer dan Handphone. UPT.Perpustakaan dapat pula menawarkan kepada pemustaka yang berminat mengembangkan kewirausahaannya dengan membuka jasa service laptop, komputer dan handphone. Dengan adanya makerspace ini di UPT.Perpustakaan Universitas, pemustaka yang mengalami kerusakan Laptop, Komputer dan Handphone dapat mereparasinya di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas.

Ketiga, Cafe. Keberadaan Cafe sangat dibutuhkan di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Pemustaka yang terkuras energinya dalam berfikir dapat menikmati minuman dan makanan yang sesuai dengan standar harga mahasiswa di Cafe UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Panitia Pelaksana Kegiatan Seminar atau Talkshow dapat mengorder makanan dan minuman di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Pengelolaan Cafe ini juga dapat dilakukan dengan cara bagi hasil antara pengelola dengan investornya.

Keempat, Studio Foto. Universitas Andalas mengadakan wisuda setahun empat kali. Pemustaka yang telah menyelesaikan pendidikannya dapat mengabadikan momen wisudanya baik bersama keluarga maupun pasangannya. Pemustaka tidak perlu lagi keluar dari lingkungan Universitas Andalas hanya sekedar mencari studio foto. Disamping itu, studio foto juga melayani foto pasangan Pre Wedding di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas.

Kelima, Distro. UPT.Perpustakaan Universitas Andalas dapat menawarkan kepada pemustaka yang ingin membuka distro T-Shirt atau pun baju-baju olahraga. Bila perlu distro ini menyediakan printer cetak gambar baju yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan pemustaka. Keberadaan distro ini akan menambah tingkat kunjungan pemustaka di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Distro ini juga dapat menyediakan produk tambahan seperti gelas yang didesain dengan logo Universitas Andalas dan handycraft lainnya.

Keenam, Bursa Buku. UPT.Perpustakaan Universitas Andalas dapat juga menawarkan makerspace untuk dikelola pemustaka menjadi bursa buku. Bursa buku ini menjual buku-buku ajar dan teks bagi mahasiswa berbagai bidang studi dengan harga standar. Bursa buku ini dapat juga menyediakan diskon bagi buku-buku terbitan tiga tahun yang lalu untuk para pembeli.

            UPT.Perpustakaan Universitas Andalas dapat mengembangkan enam unit makerspace diatas sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Pustakawan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas diharapkan open mind dan mampu berkolaborasi dengan pemustaka agar aktivitas di makerspace berjalan dengan baik. Keberadaan makerspace membuktikan bahwa telah terjadi perubahan orientasi di Perpustakaan yang semula dianggap non profit menjadi profit oriented. Apabila UPT.Perpustakaan Universitas Andalas menyediakan makerspace maka UPT.Perpustakaan Universitas Andalas telah menjadi public sphere bagi pemustaka dan komunitas lainnya. Keberadaan makerspace dapat menstimulus pemustaka untuk pergi ke UPT.Perpustakaan Universitas Andalas. Walaupun bukan untuk melakukan transaksi pembayaran listrik atau air setidaknya pemustaka mengetahui manfaat makerspace yang disediakan oleh UPT.Perpustakaan Universitas Andalas.

            Labor omnia vincit, kerja mengatasi segalanya. Semoga decision maker dapat mewujudkan makerspace sehingga tingkat kunjungan ke UPT.Perpustakaan lebih meningkat lagi di masa mendatang.

Iswadi Syahrial Nupin, S.Sos.,MM

14 Desember 2021

Pada akhir Januari 2020, diperkirakan virus Covid 19 telah masuk ke Indonesia. Informasi ini didasari atas kajian Tim Pakar Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia (FKM UI). Virus Covid 19 yang berasal dari kota Wuhan, Republik Rakyat Cina itu telah membuat perekonomian masyarakat menjadi lumpuh pada pertengahan tahun 2020 sehingga pendapatan masyarakat menurun. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat masyarakat enggan untuk bertransaksi ke kedai atau swalayan. Alternatifnya masyarakat lebih memilih berbelanja kebutuhan pokok secara online.

Di Kota Padang, warga dapat melakukan belanja online melalui toko online seperti elapau.com, tokopadang.com, padangstore.com dan lain sebagainya. Bagi masyarakat nagari, mereka hanya perlu menghubungi ojek langganannya melalui handphone dan memberikan catatan kepada pengendara ojek agar dapat membelikan makanan atau kebutuhan hariannya. Masyarakat berbelanja ke pasar hanya seperlunya saja. Mereka tidak bisa berlama-lama karena khawatir terinfeksi virus Covid 19. Disamping itu masyarakat juga dibatasi keluar kota ataupun mengunjungi tempat wisata. Harapan pemerintah agar masyarakat sebaiknya di rumah saja dan memakai masker terkadang enggan untuk ditanggapi. Masih ada saja warga yang berwisata tanpa mematuhi protokol Covid 19 yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak menghindari kerumunan.

            Virus Covid 19 juga menulari warga yang berada di nagari. Penularan virus  kemungkinan terjadi karena interaksi warga nagari dengan pemudik. Terkadang pemudik tidak mematuhi himbauan pemerintah nagari untuk tidak mengunjungi sanak kerabatnya sebelum melakukan karantina mandiri di rumah yang telah ditentukan pemerintah nagari sebagai tempat karantina. Saat ini pemerintah nagari sedang menggalakkan vaksinasi massal untuk mencegah penularan Virus Covid 19 kepada masyarakat nagari secara gratis.

            Pandemi Covid 19 yang masih mewabah saat ini membuat perpustakaan nagari sulit untuk melakukan pelayanan pemustaka. Jumlah pengunjung perpustakaan nagari dibatasi dan protokol kesehatan diterapkan didasarkan atas Peraturan Nagari (Pernag). Untuk mengunjungi Perpustakaan Nagari, pengunjung wajib mencuci tangan dengan hand sanitizer dan memakai masker.

            Perpustakaan sejatinya memiliki peran yang sangat vital dalam proses penyebarluasan informasi. Informasi yang dimiliki perpustakaan berasal dari buku dan non buku yang beraneka ragam subyek ilmu pengetahuan. Koleksi buku adalah koleksi tercetak yang memiliki halaman lebih dari empat puluh lima lembar sedangkan koleksi non buku dapat berupa jurnal atau majalah yang biasanya terbit secara berkala.

            Perpustakaan nagari juga berfungsi sebagai sumber belajar bagi masyarakat nagari. Adanya perpustakaan nagari memungkinkan masyarakat nagari mengenal local wisdom (kearifan lokal) masyarakat adatnya dan juga masyarakat adat lain di Indonesia. Bagi nagari yang berada didataran tinggi, masyarakat umumnya berprofesi sebagai petani dan peladang serta peternak. Petani dan peladang yang mengunjungi perpustakaan nagari biasanya membutuhkan informasi tentang komoditas hasil pertanian yang nilai jualnya tinggi, harga pasaran komoditas hasil pertanian dan budi daya tanaman serta pengolahan hasil tani agar memiliki nilai tambah dipasaran. Warga nagari yang berprofesi peternak juga membutuhkan informasi penting seputar harga ternak, cara mengolah hasil ternak seperti susu dan telur agar bernilai tambah serta pakan ternak yang bermutu untuk meningkatkan produksi ternak. Perpustakaan nagari sebaiknya dilengkapi dengan koleksi tentang pengelolaan desa wisata. Dengan adanya koleksi itu diharapkan warga nagari yang memiliki ulayat yang memiliki panorama sawah, sungai dan air terjun dapat mengelola obyek wisata nagari secara mandiri atau bersama pemuda nagari sehingga pendapatan nagari dapat meningkat pesat.

 Senada dengan hal tersebut, Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa desa wisata merupakan masa depan pariwisata Indonesia dan simbol kebangkitan ekonomi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif all out mendorong perluasan desa wisata. Berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa perpustakaan nagari diharapkan mampu mendukung kebangkitan ekonomi yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan cara menyediakan koleksi yang berkaitan dengan pariwisata dan informasi obyek wisata yang berada disekitar pelosok nagari dengan memanfaatkan media sosial seperti instagram. 

Agar potensi pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut dikenal oleh netizen di dunia maya maka sebaiknya Pemerintahan Nagari memiliki website tersendiri yang informasinya berisi informasi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Pemerintahan Nagari, Peraturan Nagari, Badan Usaha Milik Nagari, harga komoditas pertanian dan peternakan serta obyek wisata nagari. Perpustakaan nagari pun perlu memiliki website yang berisi informasi dan berita tentang aktivitas sosial ekonomi yang terjadi di nagari. Oleh karena itu diperlukan admistrator sebagai pengelola website nagari. Anak nagari yang memiliki latar belakang Diploma Tiga dapat dipekerjakan sebagai pengelola website nagari sekaligus Perpustakaan Nagari. Bila perlu pemerintahan nagari juga dapat membangun hotspot berbasis jaringan internet yang dapat diakses dengan menggunakan wifi  sehingga pelajar dapat terbantu dalam pembelajaran daring (dalam jaringan). Oleh karena itu diharapkan agar Telkomsel sebagai pemimpin pasar dalam bidang telekomunikasi di Indonesia dapat memperluas jaringannya ke seluruh pelosok nagari yang terdapat di Sumatera Barat.

Tidak ada salahnya pula para guru yang mengajar di nagari membawa siswa mengunjungi perpustakaan nagari dengan memanfaatkan momentum hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada tanggal 14 September setiap tahunnya. Diperlukan adanya sinergi antara pemerintah nagari dengan para guru untuk menstimulus minat baca pada anak didik. Tingginya minat baca masyarakat nagari secara langsung mendukung program pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang bercita-cita membangun masyarakat informasi Indonesia.

Pemerintahan Desa atau Nagari dapat menggunakan Anggaran Pendapatan Belanjanya untuk mengembangkan dan membangun perpustakaan. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Taufik Madjid bahwa jumlah desa yang menggunakan Dana Desa untuk keperluan perpustakaan desa meningkat sejak 2015. Meski, pada masa pandemi, jumlah tersebut mengalami penurunan karena terdampak penanganan Covid-19. Untuk data tahun ini, pihaknya mencatat, hingga Agustus 2021 ada 2.234 desa yang secara total memanfaatkan Dana Desa sebesar Rp 87 miliar untuk perpustakaan desa. Taufik mengatakan, meski Dana Desa terdampak oleh upaya penanganan pandemi Covid-19, ternyata masih ada desa yang memanfaatkannya untuk pengembangan atau pembangunan perpustakaan desa. Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa penggunaan Dana Desa atau nagari untuk keperluan perpustakaan desa atau nagari menurun sejak adanya Covid 19 dan ada desa atau nagari yang memanfaatkan Dana Desa atau Nagari untuk mengembangkan perpustakaan.

Aktivitas perpustakaan nagari sebagai agen perubahan tentu sangat membutuhkan dana  yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan nagari. Berdasarkan Peraturan kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Perpustakaan Desa/Kelurahan dinyatakan bahwa Anggaran perpustakaan desa secara rutin bersumber dari anggaran desa, anggaran perpustakaan kelurahan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dapat diperoleh dari sumber lain yang tidak mengikat. Tidak disebutkan pula dalam peraturan ini tentang berapa persen besaran alokasi anggaran Perpustakaan Desa/Kelurahan/Nagari dari Anggaran pendapatan Belanja Desa / Kelurahan / Nagari. Kemungkinan penetapan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Nagari yang untuk perpustakaan nagari berdasarkan musyawarah antara Badan Musyawarah Nagari dengan Wali Nagari. Penetapan alokasi anggaran perpustakaan nagari selanjutnya ditetapkan melalui peraturan yang ditetapkan oleh Wali Nagari dengan Ketua Badan Permusyawaratan Nagari. Hal ini sesuai dengan Permendagri No.110 Tahun 2016 BAB V tentang Fungsi dan Tugas BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Pasal 32 poin i yaitu membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa. Menurut penulis idealnya anggaran perpustakaan nagari itu sebesar 5 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Nagari diluar belanja aparatur nagari. Besaran 5 persen tersebut telah mencukupi untuk membeli koleksi buku perpustakaan dan perangkatnya.

Pemerintah nagari sebaiknya fokus dalam pengembangan perpustakaan nagari. Tidak hanya pengembangan koleksi, sarana dan prasarana tetapi juga kualitas staf perpustakaan nagari. Kualitas staf perpustakaan nagari dapat ditingkatkan melalui pelatihan khususnya pelatihan tentang katalog online. Adanya katalog online memungkinkan semua koleksi perpustakaan nagari terdata pada database. Pemerintah nagari dapat bekerjasama dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI) Sumatera Barat untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut. Semoga masyarakat literasi terwujud di nagari seluruh Sumatera Barat.

                      Iswadi Syahrial Nupin, S.Sos, MM

(Pustakawan Muda Universitas Andalas)

22 Februari 2019
Sejarah  revolusi industri berawal pada abad ke 18 dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Penemuan mesin uap  yang berlanjut dengan ditemukannya kapal uap  menandai munculnya moda transportasi baru dibidang maritim. Penemuan listrik turut menandai kemunculan revolusi industri kedua.  Peralatan yang berkaitan dengan listrik seperti televisi mulai diciptakan dan diproduksi secara masal sampai munculnya revolusi Industri ketiga. Revolusi industri ketiga ditandai dengan penemuan komputer, internet dan telepon genggam. Timeline Revolusi Industri ketiga diawali pada dekade 60-an. Fokusnya berkaitan dengan otomatisasi proses produksi di dunia industri. Otomatisasi yang berkembang di dunia industri ditandai dengan implementasi piranti lunak komputer sebagai sarana mendesain motif T-Shirt atau kain sebelum diproduksi secara besar-besaran untuk kepentingan konsumen dalam dan luar negeri.
Revolusi Industri Keempat atau yang lazim ditulis dengan Revolution 4.0 (fourth point zero) sampai saat ini telah menjadi isu penting para pemerhati ekonomi dunia. Pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) pada Januari 2016 di Davos, Swiss, Revolusi Industri Keempat menjadi fokus utama pembahasan dan perdebatan. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang membedakan Revolusi Industri 4.0 dengan revolusi industri sebelumnya.
Tiga hal tersebutlah menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi digital, melainkan menjadi revolusi transformasi baru (tersendiri), dengan alasan: Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear; Kedua, penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengonsentrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada seluruh system produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga; Dan, ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak tempat.
Revolusi Industri 4.0 ini diprediksi akan terjadi pada tahun 2025. Kecerdasan buatan diberdayakan untuk menangani berbagai persoalan manusia yang berkaitan dengan kebutuhan informasi.  Menurut  Schwab dalam bukunya yang berjudul Fouth Industrial Revolution dikatakan bahwa kemajuan kecerdasan buatan dan otomatisasi dapat menggantikan tenaga kerja manusia secara keseluruhan. Ini berarti bahwa kebutuhan organisasi akan sumberdaya manusia akan mulai berkurang dan pekerjaan tersebut digantikan oleh teknologi robotik yang menggunakan kecerdasan buatan.
Adanya Revolusi Industri 4.0 akan berdampak langsung terhadap UPT.Perpustakaan Unand. Beberapa jasa layanan “diramalkan” akan digantikan perannya oleh teknologi robotik untuk memudahkan pekerjaan di UPT.Perpustakaan Unand. Berikut ini adalah jasa layanan di UPT.Perpustakaan Unand :
Pertama, jasa layanan sirkulasi. Jasa layanan ini erat kaitannya dengan peminjaman dan pengembalian koleksi buku. Layanan peminjaman dan pengembalian dapat digantikan oleh robot yang deprogram untuk melaksanakan peminjaman dan pengembalian. Pemustaka yang meminjam koleksi perpustakaan melalui Online Public Access Catalogue (OPAC) dapat mengirim pesan tertulis diinternet yang langsung dibaca oleh robot dan robot lain langsung mengambilkan koleksi ke rak yang ditentukan. Pengembalian koleksi dilaksanakan pemustaka secara mandiri melalui drop box yaitu kotak pengembalian buku yang berada di UPT.Perpustakaan Unand atau di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) Unand.  Apabila pemustaka dikenakan denda maka pemustaka cukup menscan kode QR yang langsung dapat mendebet rekeningnya di bank yang telah ditentukan.
Kegiatan shelving dilakukan oleh robot yang telah diprogram dengan kecerdasan buatan sehingga kecil kemungkinan koleksi yang dishelving masuk ke rak yang berbeda dari biasanya. Stock opname dan weeding dapat dilaksanakan dengan mudah tanpa hambatan birokrasi. Dalam mengimplementasikan teknologi robotik ini pemustaka tidak diperkenankan masuk ke bagian layanan ini karena system berubah menjadi close access (layanan tertutup}.
Kedua, Jasa Layanan Referensi. Pustakawan referen perannya akan digantikan oleh robot yang memiliki kemampuan mengetahui referensi ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan Big Data yang didasari oleh Internet of Things (IoT).  Sebagai informasi dan perbandingan, robot juga dapat menjadi konsultan dalam menangani kasus hukum. Firma hokum Amerika Serikat BakerHostetler menyewa artificial intelligent yang dinamakan Ross untuk menangani kasus-kasus kepailitan. Dibidang Kedokteran Medical Departemen Anderson Cancer Center mempekerjakan IBM artificial intelligent yang dinamakan Watson untuk mendeteksi pasien kanker. Akurasi diagnosisnya sebesar 96 %.
Ketiga, Jasa Layanan keanggotaan. Pembuatan kartu anggota UPT.Perpustakaan Unand dapat dilakukan oleh robot. Robot yang dirancang sesuai kebutuhan dan deprogram dengan softwafe tertentu dapat membantu kegiatan di UPT.Perpustakaan Unand.  Sebagai informasi, robot yang dapat berbicara milik Softbank Jepang yang bernama Pepper dapat disewa seharga JPY 55.000 atau USD 55 perbulan yang lebih murah dari gaji manusia.
Keempat, Jasa Layanan Local Content. Jasa layanan local adalah jasa layanan yang berkaitan dengan pelayanan koleksi deposit Universitas Andalas seperti skripsi, tesis dan disertasi serta laporan penelitian. Petugas dan pustakawan yang bertugas dapat digantikan oleh robot yang memiliki kemampuan mengetahui mahasiswa yang melakukan mutilasi koleksi perpustakaan ketika baca skripsi ditempat karena robot yang ditempatkan di ruang local content terhubung dengan sistem sensor di ruang lokal content. Koleksi yang akan dibaca pemustaka terlebih dahulu dicari melalui OPAC. Setelah ditemukan selanjutnya mengirim pesan online kepada robot agar langsung dicarikan oleh robot yang bertugas diruang khusus yang memuat koleksi local content. Sistem pelayanan bersifat close access. Fotokopi dapat dilakukan oleh robot yang diprogram untuk memfotokopi skripsi.
Kelima, Jasa Layanan Koleksi Cadangan. Koleksi cadangan adalah satu eksemplar koleksi yang disediakan untuk baca ditempat. Koleksi ini adalah back up dari koleksi yang tersedia di bagian layanan sirkulasi. Tujuannya untuk mengantisipasi apabila koleksi yang tersedia dibagian sirkulasi atau banyak dipinjamkan maka pemustaka dapat membacanya dibagian koleksi cadangan. Petugas atau Pustakawan pada jasa layanan ini juga akan digantikan perannya oleh robot yang fungsinya hanya sebagai pengawas pemustaka yang mengakses informasi koleksi cadangan.
            Lantas apa tugas urgen pustakawan dalam meningkatkan kualitas jasa layanan di UPT.Perpustakaan Unand di era revolusi Industri 4.0 dimasa depan? Tugas pustakawan adalah menjadi manajer Big Data, Information Manager, Subject Specialist of Information dan agent of change. Oleh karena itu kemampuan pustakawan dalam media literacy, visual literacy, multicultural literacy, global awareness dan technology literacy yang didukung oleh pemahaman terhadap complex problem solving, creativity, curiousity, dan risk taking mutlak diperlukan. Saatnya pustakawan bekerja keras menuju Revolusi Industri 4.0. Labor omnia vincit, kerja mengatasi segalanya !
 
25 September 2018
Pustakawan memiliki peran yang sangat penting sebagai avant garde dalam penyebarluasan informasi. Penyebarluasan informasi dilakukan oleh pustakawan secara cepat dan tepat melalui internet kepada pemustaka. Informasi yang disampaikan kepada pemustaka adalah informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Kemampuan pustakawan dalam penyebarluasan informasi membutuhkan sosial skill (kemampuan sosial) dan sikap profesionalisme. Sosial Skill adalah kemampuan seseorang untuk memanage emosi ketika berhubungan dengan orang lain, baik individu atau kelompok, sehingga  dapat terjalin suatu interaksi sosial yang baik.
Menurut Suherman (2009) kualitas dan keterampilan mendasar yang diharapkan dari seorang pustakawan dalam hal keterampilan sosial adalah :
  • Kemampuan berkomunikasi secara positif dan efektif.
Seorang pustakawan diharapkan dapat menguasai tehnik komunikasi sederhana, tapi efektif, yang akan menimbulkan sikap saling pengertian dan saling menuntungkan (simbiosis mutualisme) antara kedua belah pihak, pustakawan dan pemustaka. Kunci komunikasi efektif adalah mencoba mengerti dan melakukan tindakan yang bisa memberikan kepuasan keinginan pemakai perpustakaan, dengan demikian dapat menambah jumlah pemustaka yang datang.
  • Kemampuan memahami kebutuhan pemustaka.
Pustakawan diharapkan cepat tanggap dalam merespon pertanyaan tentang informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka, dapat memberikan penelusuran informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat, mampu membedakan antara hal yang penting dan tidak penting tentang informasi.
  • Mampu bekerja sama dengan perorangan, kelompok atau dengan lembaga lain.
Hendaknya seorang pustakawan bisa menjadi jembatan kerja sama antara perpustakaan dengan lembaga-lembaga lain ataupun dengan kerjasama dengan perorangan atau kelompok.
  • Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keanekaragaman budaya
Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman keanekaragaman budaya, pustakawan akan dapat memberikan pelayanan yang baik pada pemustaka yang datang dari mana saja, dengan budaya bagaimanapun. Fleksibel adalah karakteristik pokok pustakawan. Ini semua dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada para pemustaka atau siapa saja yang datang ke perpustakaan.
 
Sikap profesionalisme pustakawan dapat dibangun melalui kemampuan memahami kepustakawanan dan partisipasi pustakawan dalam organisasi profesi yang menaunginya. Pustakawan adalah makhluk sosial yang membutuhkan sharing informasi dari rekan-rekan seprofesinya untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi dan juga peningkatan kualitas pelayanan prima.
Di Indonesia terdapat beberapa organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan perguruan tinggi yang berskala nasional. Berikut ini adalah nama-nama organisasi profesi Pustakawan dan Perpustakaan Indonesia :
  1. IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) didirikan 6 Juli 1973 di Ciawi, Bogor. IPI adalah wadah Pustakawan Indonesia dalam mengembangkan sikap profesionalisme yang bersumber dari kepustakawanan.
  2. FKP2TN (Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri) didirikan 26 September 1992 di Yogyakarta. Organisasi ini adalah wadah berkumpulnya pengelola perpustakaan perguruan tinggi negeri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Anggaran Dasar, IPI bertujuan sebagai untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan Indonesia, mengembangkan ilmu perpustakaan dokumentasi dan informasi serta mengabdikan dan mengamalkan tenaga dan keahlian pustakawan untuk bangsa dan negara Republik Indonesia.
  3. FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) didirikan 12 Oktober 2000 di Bogor. FPPTI adalah paguyuban perpustakaan yang mencakup perpustakaan perguruan tinggi negeri dan swasta. Misi FPPTI adalah menjadi mitra dalam melaksanakan pembinaan perpustakaan perguruan tinggi.
  4. KPDI (Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia) didirikan pada 5 Desember 2008 di Kuta, Bali. KPDI adalah forum yang direkomendasikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk menjalin kerjasama antar perpustakaan yang telah atau sedang melaksanakan kegiatan pembuatan repository dan jaringan informasi yang baik.
  5. Komunitas SLIMs (Senayan Library Information Management Systems) yang awalnya bernama SDC (SLIMs Developer Community) didirikan tahun 2008 di Jakarta. Kegiatan pertemuan organisasi ini dinamakan dengan SLIMs Commet. Komunitas SLIMs ini tersebar diseluruh Indonesia dan juga beberapa negara seperti Malaysia, Thailand dan Bangladesh. Kegiatan organisasi ini adalah pengembangan software SLIMs yang dapat digunakan secara gratis di perpustakaan.
            Partisipasi Pustakawan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand) sangat dibutuhkan dalam mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan organisasi profesi dan perpustakaan. Pustakawan UPT.Perpustakaan Unand yang mengikuti kegiatan berupa seminar, rapat kerja, kongres dan konferensi dapat mengenal rekan-rekan profesinya dan dapat saling bertukar informasi tentang teknologi informasi dan kepustakawanan di zaman now. Kegiatan berorganisasi ini sesuai dengan Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Bagian Ketiga Organisasi Profesi Pasal 34 :
  1. Pustakawan membentuk organisasi Profesi.
  2. Organisasi Profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan.
  3. Setiap pustakawan menjadi anggota organisasi profesi
  4. Pembinaan dan pengembangan organisasi profesi pustakawan difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan / atau masyarakat.
Berdasarkan ayat diatas diuraikan sangat jelas bahwa organisasi profesi pustakawan berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme pustakawan. Seyogianya memang pustakawan sebaiknya diwajibkan menjadi anggota organisasi profesi pustakawan. Didalam Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya yang diterbitkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Tahun 2015 dijelaskan bahwa pengiriman delegasi pustakawan menghadiri seminar, lokakarya dan konferensi bidang kepustakawanan baik sebagai pemrasaran, narasumber dan peserta serta sebagai Ketua dan Anggota dalam pertemuan skala nasional dan internasional termasuk unsur penunjang yang memiliki penilaian tersendiri yang dapat digunakan pustakawan untuk naik jabatan ke jenjang selanjutnya. Pustakawan yang mengikuti Kegiatan Kongres IPI dapat mendaftarkan diri sebagai anggota organisasi IPI dan mendapatkan Kartu Anggota IPI. Kartu anggota ini dapat digunakan sebagai bukti fisik dalam Akreditasi Perpustakaan. Hal ini sesuai dengan item yang terdapat pada Borang Akreditasi Perpustakaan 2017 khususnya Instrumen Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagaimana yang termaktub dalam Komponen dan Indikator Kunci Akreditasi Perguruan Tinggi yaitu 4. Komponen Tenaga Perpustakaan; 4.2 Tenaga Perpustakaan; 4.2.5 Keikutsertaan dalam Organisasi Profesi; : a. 5 orang atau lebih; b. 4 orang; c. 3 orang; d.2 orang; e.1 orang.
Pernyataan diatas mengindikasikan bahwa semakin banyak pustakawan yang menjadi anggota organisasi profesinya maka semakin tinggi bobot nilai yang diperoleh dalam borang akreditasi khususnya terkait komponen tenaga perpustakaan. Pengiriman delegasi UPT. Perpustakaan Unand dalam mengikuti kegiatan IPI, FKP2TN, FPPTI dan KPDI serta SLIMs Commet selama 3 tahun terakhir dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1 : Pengiriman Pustakawan dan Tenaga UPT.Perpustakaan Unand sebagai delegasi dalam kegiatan organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan
 
No Tahun FKP2TN  FPPTI     Slims Commet KPDI      IPI       Jumlah
1 2016 - - - 4 7 11
2 2017 - 5 2 4 4 15
3 2018 - 4 - ? ? 4

Pengiriman delegasi untuk kegiatan organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan meningkat pesat pada tahun 2018. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa UPT.Perpustakaan Unand sebagai bagian intergral dari Universitas Andalas belum berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan yang direkomendasikan oleh FKP2TN. Padahal Universitas Andalas adalah universitas negeri yang seharusnya ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan FK2PTN. Dengan berpartisipasinya Pustakawan UPT.Perpustakaan Unand tercipta sinergi antar perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia terkait dengan pengembangan sistem jaringan informasi.

Ab imo pectore, dari lubuk hati yang dalam, semoga pengiriman delegasi UPT.Perpustakaan Unand dapat meningkat pesat dari tahun ke tahun. Yang paling penting adalah persiapan mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan FK2PTN tahun 2019 sehingga Pustakawan UPT.Perpustakaan Unand dapat melakukan sharing informasi dan bercerita tentang pengalaman masing-masing dengan rekan-rekan pustakawan di perpustakaan perguruan tinggi negeri lainnya. Dengan demikian sosial skill dan profesionalisme Pustakawan UPT. Perpustakaan Unand semakin baik di era Revolusi 4.0.