Iswadi Syahrial Nupin

Iswadi Syahrial Nupin

31 Maret 2022

Pekan Library 2022 yang diselenggarakan di UPT.Perpustakaan Unand telah berakhir lima hari yang lalu. "Atmosfirnya" masih terasa hingga tulisan ini dibuat. Dalam pelaksanaannya ditemukan banyak keterbatasan yang berkaitan dengan akomodasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi. Ketua dan Sekretaris Panitia Pelaksana melalui Rapat Evaluasi Pekan Library 2022 dan Pembubaran Panita telah menyampaikan permohonan maaf atas segala kekhilafan dan ketidaknyamanan yang terjadi selama Pekan Library 2022 kepada panitia lain dan penanggung jawab.

Secara keseluruhan event ini dapat dikatakan sukses. Pekan Library 2022 yang dibuka oleh Prof.Dr.Mansyurdin, M.S, Wakil Rektor I Unand bertujuan untuk menjalin silaturahmi diantara sesama pustakawan se Sumatera Barat (Sumbar) serta pegiat literasi. Disamping itu juga untuk memperkenalkan dan mengembangkan Smart Library yang narasumbernya dari Tim Gramedia Pustaka Utama. Pekan Library 2022 tidak hanya sebatas Pameran dan Hibah Buku tetapi juga diisi dengan kegiatan Bincang Santai tentang Pengembangan Perpustakaan Era Disrupsi yang melibatkan BEM-KM Unand, Bedah Buku dan Bincamg Santai dengan Pustakawan Sumbar yang partisipannya mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dari UIN Imam Bonjol dan Universitas Negeri Padang (UNP), Workshop Literasi Informasi yang mengikutsertakan Pustakawan Sekolah dan para guru se Sumatera Barat (Sumbar) dan dilanjutkan dengan Intermezzo Digitalisasi Gray Collection yaitu acara yang dikhususkan untuk Pustakawan Perguruan Tinggi agar mengetahui proses alih media dari koleksi tercetak menjadi terdigitasi sampai diunduh ke database atau repository. Pekan Library juga dimeriahkan oleh lomba desain Padusi Corner dan Lomba Penulisan Esai Perpustakaan Era Disrupsi. Partisipan lomba tersebut adalah Mahasiswa Unand dari berbagai program studi dan jurusan.

Kegiatan Pekan Library 2022 merupakan event yang pertama sekali diselenggarakan oleh UPT.Perpustakaan Unand. Event ini ruang lingkupnya adalah propinsi. Kolaborasinya melibatkan FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) Sumbar. Kebetulan 4 (empat) orang staf UPT.Perpustakaan Unand adalah pengurus FPPTI Sumbar. Kegiatan Pekan Library ini hakikatnya adalah sebuah keniscayaan. Artinya, kegiatan ini mau tidak mau atau suka tidak suka harus diagendakan dan dilaksanakan agar UPT.Perpustakaan Unand dapat melakukan promosi kepada khalayak paska Pandemi Covid 19. Selama kegiatan Pekan Library berlangsung pengunjung UPT.Perpustakaan Unand meningkat pesat. Yang mengunjungi Lantai 3  UPT.Perpustakaan Unand sebagai “episentrum” penyelenggaraan kegiatan  selama sepekan rata-rata berjumlah 300 orang perhari. Buku yang dihibahkan kepada pemustaka yang membutuhkan berjumlah 1696 eksemplar.

Promosi Perpustakaan merupakan kegiatan Perpustakaan yang sangat penting. Promosi tidak hanya dilakukan melalui pencetakkan brosur dan pamlet serta leaflet an sich akan tetapi dapat juga dengan menyelenggarakan event yang dibranding dengan menarik sehingga dikenal oleh khalayak seperti Pekan Literasi, Pekan Membaca dan Pekan Pustaka.

Promosi Perpustakaan hakikatnya upaya untuk mengenalkan seluruh aktivitas di Perpustakaan baik dalam hal fasilitas, koleksi, jenis layanan, dan manfaat yang didapat oleh pemustaka secara lebih terperinci (Inderiyeni, 2020). Tujuan utama promosi adalah menginformasikan, memengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pemustaka tentang perpustakaan dan bauran pemasaran informasi yang tersedia. Diharapkan pemustaka menjadi loyal kepada UPT.Perpustakaan Unand terutama dalam kebutuhan informasinya.

Oleh karena itu agar promosi UPT.Perpustakaan Unand dapat terlaksana dengan baik perlu dilakukan langkah strategis sebagai berikut :

Pertama, membangun komunikasi dengan pemustaka. Event Pekan Library yang berlangsung selama sepekan setidaknya mampu membangun komunikasi antara pustakawan dengan pemustaka. Pustakawan yang bertugas dalam pameran dan Hibah Buku dapat memanfaatkan kesempatan saling berkomunikasi antara satu sama lain. Dimulai dengan menanyakan jurusan atau program studinya dan kemudian buku apa yang akan dia jadikan koleksi pribadi yang akan digunakan sebagai referensi.

Kedua, membangun kerjasama dengan pihak ketiga. Event Pekan Library juga melibatkan Gramedia Pustaka Utama dan FPPTI Sumbar. Kolaborasi yang baik sangat menentukan suksesnya sebuah acara. Koordinasi dan komunikasi sangat penting untuk dilakukan secara terus menerus selama acara berlangsung.

Mustafa (1996) menyebutkan bahwa promosi Perpustakaan memiliki beberapa metode antara lain :

Pertama, Publisitas. Publisitas merupakan sarana promosi yang paling ampuh dan murah untuk memperkenalkan keberadaan Perpustakaan termasuk jasa/produk yang ditawarkan melalui berita di surat kabar, majalah, radio, televisi dan panggung. Publisitas juga dapat dilaksanakan dalam bentuk : press release dalam rangka pembukaan atau penutupan acara pameran, lomba, kursus yang diselenggarakan perpustakaan, bedah buku, diskusi dan juga story telling.

Kedua, Iklan. Iklan memerlukan biaya untuk membuatnya. Jika publisitas kurang dapat diandalkan oleh Perpustakaan karena adanya penyuntingan dan ketergantungan pada media untuk bersedia memuat atau tidak, iklan direncanakan dan dapat dikendalikan dalam hal-hal yang ingin disampaikan dan bagaimana disampaikan. Iklan dapat disampaikan dalam bentuk media cetak atau elektronik seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi dapat berupa souvenir seperti buku tulis, alat tulis dan kalender.

Ketiga, Kontak Perorangan. Promosi dengan menggunakan cara kontak pribadi merupakan bentuk yang paling ampuh diantara bentuk-bentuk promosi lain karena dengan adanya kontak secara pribadi, hubungan antar staf  Perpustakaan dan pemustaka dapat ditingkatan, kebutuhan, minat serta pribadi pemustaka dapat lebih diketahui sekaligus lebih jelas dalam menyampaikan informasi kepada pemustaka. Melalui kontak pribadi dapat dikumpulkan profil pemustaka yang dapat dijadikan salah satu pegangan dalam mengetahui kebutuhan pemustaka.

Keempat, insentif. Insentif adalah pemberian sesuatu yang bernilai baik berupa uang atau barang yang dimaksudkan untuk mendorong perubahan sikap pemustaka baik yang kurang bermotivasi atau justru diberikan pada yang sudah menggunakan untuk dapat memberi motivasi pada yang kurang termotivasi. Contoh insentif : pemberian hadiah pada pemustaka teraktif.

Kegiatan Pekan Library 2022 telah sesuai dari sisi strategi promosi UPT.Perpustakaan Unand yaitu membangun komunikasi dengan pemustaka baik melalui Pameran dan Hibah buku maupun Bincang Santai Tentang Pengembangan Perpustakaan Era Disrupsi bersama BEM-KM Unand. Kerjasama dengan pihak ketiga berlangsung dengan baik yaitu sama-sama berkomitmen menyukseskan acara Pekan Library 2022. Metode promosi via acara Bedah Buku yang berjudul Pola Pengembangan Karier Pustakawan Melalui Motivasi Kerja dan Pemahaman Teknis Jabatan Fungsional berlangsung dengan lancar. Panitia  Pelaksana Pekan Library 2022 telah menshare informasi yang berkaitan dengan Pekan Library 2022 via Instagram UPT.Perpustakaan Unand. Informasi tersebut juga ditag ke website Humas Unand. Metode promosi secara insentif yakni memberikan hadiah kepada para pemenang Lomba Desain Padusi Corner dan Penulisan Esai Perpustakaan Era Disrupsi telah terlaksana dengan baik. Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Semoga penyelenggaraan Pekan Library kedepan lebih baik daripada yang telah lalu.

28 Februari 2022

Pada awal Maret 2020, Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kementerian Kesehatan yang dipimpin Terawan Agus Putranto telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas pandemi Covid 19 untuk seluruh wilayah Indonesia. Penetapan status KLB pandemi Covid 19 ini diperkuat melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Corona Virus sebagai Penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan Penanggulangannya. Untuk menghindari terjadinya penularan virus Covid 19, Pemerintah RI melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB didefinisikan sebagai pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.         

Di Universitas Andalas, pelaksanaan PSBB dilakukan dengan cara membagi pekerjaan staf UPT.Perpustakaan Unand. Ada sebagian staf yang bekerja di UPT.Perpustakaan Unand, ada pula yang bekerja di rumah. Terminologi yang jamak diketahui khalayak adalah WFO (Work From Office) dan WFH (Work From Home). Kadang kala aktivitas staf UPT.Perpustakaan Unand terhenti dengan adanya keputusan decision memberlakukan lockdown oleh decision maker. Lockdown adalah penutupan akses di sebuah area, baik itu akses masuk maupun akses keluar. Staf UPT.Perpustakaan Unand dan pemustaka dilarang ke kampus karena adanya penyemprotan desinfektan untuk mencegah berkembangnya virus Covid 19.

Berdasarkan informasi yang dilansir melalui ekon.go.id, awal Oktober 2021, Pemerintah RI melalui siaran pers yang disampaikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pemerintah menyiapkan New Normal dan Herd Immunity menjadi syarat utama. Berdasarkan informasi WHO (World Health Organization), Indonesia telah menjadi salah satu negara yang terbaik dalam penanganan Covid-19. Strategi penanganan pandemi pada sisi hulu, yaitu dilakukannya pencegahan melalui Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), peningkatan testing dan tracing, dan akselerasi vaksinasi telah membawa keberhasilan mengurangi laju penularan virus Covid 19. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa tatanan normal baru akan diberlakukan sebagai keberhasilan dari menurunnya kasus infeksi virus Covid 19 namun masyarakat juga diharapkan tetap mewaspadai penularan varian virus Covid 19 termasuk seperti varian Alpha, Beta, Delta, Gamma, Lambda, Kappa, Iota, Eta, Mu dan Omicron.

Aktifitas kunjungan pemustaka ke UPT.Perpustakaan Unand secara offline yakni berkunjung langsung ke lokasi mulai dari mewabahnya virus Covid 19 sampai dengan tatanan normal baru tidak seperti kondisi sebelum pandemi. Tabel berikut ini menjelaskan jumlah pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara offline :

Tabel 1 Pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara offline tahun 2019-2021

NO

TAHUN

PENGUNJUNG

PERSENTASE

1

2019

327.878

90,7

2

2020

25.370

7

3

2021

8.336

2,3

Total

361.584

100 %

 

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa penurunan jumlah pengunjung secara offline pada tahun 2020 sampai 2021 disebabkan oleh adanya pandemi Covid 19 dan juga kebijakan lockdown serta diberlakukannya belajar mengajar secara online atau daring (dalam jaringan) via platform Zoom. Tatap muka hanya dilaksanakan saat tertentu saja.

Bila dibandingkan dari tahun ke tahun tingkat kunjungan pada periode 2019 s.d 2021 mengalami penurunan secara rata-rata lebih kurang 80 %. Ini berbanding terbalik dengan kunjungan pemustaka yang dilakukan secara online via website dan Online Public Access Catalog (OPAC) milik UPT.Perpustakaan Unand.

Tabel berikut ini menjelaskan tingkat kunjungan pemustaka secara online via website dan OPAC UPT.Perpustakaan Unand :

Tabel 2 : Pengunjung UPT.Perpustakaan Unand secara Online melalui Website dan OPAC 2019 s.d 2021 :

 

NO

 

TAHUN

PENGUNJUNG

  PERSENTASE PENGUNJUNG

WEBSITE

OPAC

WEBSITE

OPAC

1

2019

134.808

65.076

28,26

26,99

2

2020

150.408

79.848

31,54

33,12

3

2021

191.652

96.120

40.18

39.87

 

TOTAL

476.868

241.044

 

 

 

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa terjadi kenaikan sebesar 70 persen jumlah pengunjung online dari tahun 2019 s.d 2020 baik pengunjung Website maupun OPAC. Tingkat kunjungan dalam rentang waktu 2019 s.d 2021 meningkat pesat disebabkan adanya keengganan pemustaka untuk berkunjung ke UPT.Perpustakaan Unand karena adanya kekhawatiran tertular atau terkontaminasi sekaligus juga untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19. Disamping itu sebagian besar publikasi online seperti e-journal dan e-book dapat diakses secara gratis karena adanya izin dari pengelola website yang memberikan hak akses bagi yang ingin mendownload dokumen berkenaan.

Tingkat kunjungan pemustaka secara offline yang cenderung menurun drastis dalam rentang waktu 2019 s.d 2021 sehingga berpengaruh terhadap turunnya tingkat peminjaman koleksi Perpustakaan.

 Berikut ini diuraikan pula jumlah koleksi yang dipinjam secara offline :

Tabel 2 Peminjaman Koleksi UPT.Perpustakaan Unand 2019 s.d 2021

NO

TAHUN

JUMLAH KOLEKSI YANG DIPINJAM (EKSEMPLAR)

PERSENTASE (%)

1

2019

69.036

69,07

2

2020

20.797

20,80

3

2021

10.126

10,13

TOTAL

99.959

100

 

Jumlah koleksi secara dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan dari tahun 2019 s.d 2020 sekitar lebih kurang 48 persen sedangkan rentang waktu dari tahun 2020 s.d 2021 lebih kurang sebesar 10 persen. Rata-rata koleksi yang dipinjam oleh pemustaka dalam satu tahun 96 % adalah koleksi berbahasa Indonesia. Dari penurunan jumlah eksemplar koleksi yang dipinjam, dapat disimpulkan bahwa secara umum pemustaka memiliki kesempatan sedikit untuk berkunjung ke UPT.Perpustakaan Unand karena disebabkan olek kebijakan lockdown dan khawatir terkontaminasi virus Covid 19. Hal lain juga pemustaka yang mayoritas adalah digital native lebih menyukai koleksi digital seperti e-book dan e-journal karena mudah diakses dan tidak membutuhkan ruang atau tempat karena dapat disimpan ke database komputer.

Berdasarkan realitas ini maka dipandang perlu bagi UPT.Perpustakaan Unand melanggan Smart library khususnya Bahasa Indonesia. Hal ini karena koleksi yang sering dipinjam oleh pemustaka umumnya berbahasa Indonesia bukan Inggeris. Smart library adalah  layanan perpustakaan digital yang memberi akses kepada pemustaka untuk meminjam dan membaca buku digital melalui perangkat smartphone secara cepat, dimana saja, kapan saja. Vendor smart library yang terkenal adalah Kubuku dan Aksara Maya. Koleksi smart library sangat mudah dimanfaatkan oleh pemustaka. Apabila UPT.Perpustakaan Unand memiliki e-book maka dapat ditampilkan e-book tersebut di smart library yang dilanggan. Transaksi peminjaman dan pengembalian koleksinya sangat mudah karena menggunakan teknologi informasi di era kekinian. Kita berada di puncak era disrupsi. Festina lente, cepat atau lambat, koleksi digital akan menggantikan koleksi tercetak.

28 Februari 2022

Tahun 2020 adalah salah satu tahun yang memiliki peristiwa luar biasa dibanding tahun sebelumnya. Peristiwa luar biasa yang dimaksud yakni munculnya coronavirus disease yang dikenal dengan Covid 19. Virus Covid 19 telah menjangkiti banyak orang sejak kemunculannya di Wuhan, Republik Rakyat Cina. Keberadaan virus Covid 19 telah mengubah tatanan kehidupan yang ada. Kegiatan yang seyogianya dilaksanakan seperti studi banding ke Perpustakaan Perguruan Tinggi terpaksa mengalami penundaan sampai batas waktu yang tak dapat ditentukan. Selama pandemi berlangsung telah terjadi kejenuhan dalam bekerja yang dialami oleh Pustakawan. Apalagi ketika adanya penerapan kebijakan WFH (Work From Home). Pustakawan yang biasanya rajin berinteraksi melayani mahasiswa menjadi “kesepian” karena Sivitas Akademika enggan mengunjungi Perpustakaan karena khawatir tertular virus Covid 19. WFH  sebenarnya pengejawantahan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019.

PP tersebut menyebutkan bahwa pembatasan sosial tersebut paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. PP ini dikuatkan oleh Keputusan Presiden (Kepres) No.11 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa pandemi coronavirus sebagai bencana nasional. Fenomena yang sama sekali baru ini membuat semua aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) melalui platfrom Google meet atau Zoom. Perpustakaan Perguruan Tinggi juga terpaksa melakukan Sosialisasi Perpustakaan secara daring.  Sosialisasi Perpustakaan secara daring keuntungannya adalah audien dapat berkomunikasi langsung dengan narasumber tanpa bersua langsung sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan koneksi internet yang stabil untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.

Kondisi Perpustakaan Perguruan Tinggi selama pandemi Covid 19 mengalami penyusutan jumlah pengunjung perpustakaan dibandingkan kondisi pra pandemi. Rendahnya tingkat kunjungan yang menurut drastis pada medio Maret 2020 disebabkan adanya perintah lockdown oleh decision maker Perguruan Tinggi untuk memutus mata rantai penularan virus di kampus. Selama masa lockdown kampus ditutup dan hanya beberapa staf kampus yang diperkenankan hadir serta proses belajar mengajar pun secara total dilaksanakan secara daring. Pengembalian koleksi Perpustakaan dilaksanakan melalui bantuan Satpam (Satuan Pengamanan) yang menerima koleksi buku yang dikembalikan untuk segera dilaporkan kepada petugas Perpustakaan. Pengunjung biasanya dihitung berdasarkan kunjungan secara fisik. Pengunjung perpustakaan didefinisikan siapa pun dengan latar belakang apa pun yang terdaftar ketika berkunjung ke Perpustakaan. Pengunjung Perpustakaan belum tentu pemustaka dan setiap pemustaka pasti pengunjung perpustakaan. Kunjungan secara fisik ke Perpustakaan wajib mematuhi standar protokol 3 M yaitu Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak. Untuk mencegah berkembangbiaknya virus Covid 19, Perpustakaan Perguruan Tinggi juga melakukan penyemprotan desifektan yang dilaksanakan setiap minggu.

Di Perpustakaan Perguruan Tinggi telah disediakan westafel dan juga hand sanitizer bagi pengunjung Perpustakaan. Ketika sebuah Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki web (baca: Perpustakaan Digital) yang diakses oleh orang lain maka secara langsung orang yang mengakses informasi yang disediakan adalah pengunjung Perpustakaan Digital. Perpustakaan Perguruan Tinggi seyogianya memasang piranti lunak yang dapat mengetahui siapa saja yang mengunjungi Perpustakaan Digitalnya. Piranti lunak yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah pengunjung Perpustakaan Digital adalah SimilarWeb, Alexa, Website Worth Calculator dan sebagainya.

Menu virtual library tour (Tur Virtual Perpustakaan) merupakan alternatif mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi di era pandemi Covid 19 secara virtual. Jumlah pengunjungnya dapat dihitung secara statistik. Pelaksanaannya bisa juga dipandu oleh pustakawan dan juga dapat diakses sendiri. Beberapa Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Kementerian / Lembaga telah memiliki menu virtual library tour antara lain Perpustakaan Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan Perpustakaan Universitas Telekom serta Perpustakaan Riset Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Disamping sebagai wahana mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi secara virtual, virtual library tour juga dapat digunakan sebagai wahana wisata. Keberadaan menu virtual library tour pada web Perpustakaan Perguruan Tinggi (baca : Perpustakaan Digital) sangat urgent di era kekinian. Tampilan menu virtual library tour biasanya memuat bagian depan yaitu pintu masuk, lobby dan ruangan yang disediakan oleh Perpustakaan.  Keuntungan virtual library tour bagi pengunjung Perpustakaan Digital yaitu :

1. Hemat Biaya

Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, biaya makan dan biaya lainnya. Hanya dengan dengan menggunakan laptop dan koneksi internet yang stabil, pengunjung dapat melihat seperti apa ruang di dalam Perpustakaan yang dituju.

2. Hemat Tenaga

    Pengunjung Perpustakaan Digital tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk pergi ke Perpustakaan yang dituju secara fisik apa lagi Perpustakaan tersebut jauh diluar kota karena hal itu dapat menguras tenaga. Pengunjung Perpustakaan Digital cukup mengklik menu virtual library tour langsung dapat melihat bagian dalam Perpustakaan dengan segala kelengkapannya.

    Namun demikian, ada pula sisi lemah dari virtual library tour ini yaitu :

    1. Jaringan Internet

    Jaringan internet yang tidak stabil menyulitkan pengunjung untuk mengakses menu virtual library tour ketika akan pindah dari satu ruang ke ruang maya lainnya. Kondisi jaringan internet yang lelet itu biasanya dialami masyarakat yang tinggal di pedesaan dan ini sangat menyulitkan mereka mengakses menu virtual library tour.

    2. Tidak Puas

    Pengunjung Perpustakaan hanya dapat mengeksplorasi apa yang telah disajikan pada menu virtual library tour. Mereka hanya bisa melihat foto panorama yang dapat dilihat dari berbagai sudut yaitu 360 derajat. Pengunjung tidak dapat bebas pergi ke sudut lain yang dia inginkan. Ini yang membedakan dengan kunjungan secara fisik.

    3. Menyebabkan sakit mata

    Mengakses menu virtual library tour melalui smartphone itu berarti bahwa pengunjung Perpustakaan Digital harus memandang smartphone agak lama sampai dengan kegiatan tour selesai. Akibat yang ditimbulkan memandang smartphone agak lama bisa menyebabkan mata lelah dan berair sehingga menyebabkan mata menjadi pedih. Mata juga dapat pedih karena radiasi yang ditimbulkan oleh smartphone.

    Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat mengembangkan virtual library tour melalui piranti lunak yang informasinya tersedia di internet. Penyajian virtual library tour dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan gambar atau pun video, selain itu dapat menggunakan gambar 3D (3 Dimensi). Kedepan, Perpustakaan UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand) perlu memiliki menu virtual library tour pada Perpustakaan Digitalnya. Dengan adanya menu tersebut diharapkan pengunjung UPT.Perpustakaan Unand dapat diketahui secara virtual berdasarkan latar belakang pendidikan dan kebangsaannya. Keberadaan menu virtual library tour adalah trend era new normal sehingga mengharuskan Perpustakaan mengimplementasikannya demi meningkatkan jumlah pengunjungnya. Aplikasi yang direkomendasikan untuk rancang bangun virtual library tour adalah Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dibangun dengan software Adobe Audition, Blender 3 D, Unity 2018 1.6fl, dan notepad ++ serta aplikasi berbasis Android. Semoga Revolusi Industri 4.0 dapat diwujudkan di UPT.Perpustakaan Unand sesuai ekspektasi Pustakawan. Vita in motu, hidup terus berjalan, pekerjaan belum selesai !.

    28 Februari 2022

    Judul esai diatas sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti para mahasiswa yang mengenyam Pendidikan Diploma Tiga (D3) dan Strata Satu (S1) Ilmu Perpustakaan. Terlalu spekulatif sebenarnya apabila dikatakan bahwa era disrupsi, profesi pustakawan akan hilang dalam tamadun manusia. Penulis meyakini bahwa profesi Pustakawan akan senantiasa eksis hanya saja perannya menjadi konsultan informasi dan manajer informasi dalam suatu institusi. Peran tersebut menuntut Pustakawan agar belajar beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat. Pustakawan harus memiliki semangat sebagai pembelajar mandiri.

    Pada pertengahan Desember 2021, penulis kedatangan mahasiswa Diploma Tiga (D3) Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB). Kedatangan mahasiswa tersebut untuk melaksanakan observasi ke Bidang Pelayanan Referensi dan Koleksi Berkala di UPT.Perpustakaan Universitas Andalas (Unand). Observasi yang mereka lakukan bertujuan untuk meyelesaikan tugas mata kuliah Layanan Perpustakaan. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah dibutuhkan bukti fisik yakni daftar kehadiran mahasiswa, data pendukung dan hasil wawancara yang direkam melalui gadged serta foto bersama pustakawan yang bertidak sebagai nara sumber.

    Dalam kesempatan tersebut penulis menjelaskan hal-hal yang terjadi di era disrupsi kepada mahasiswa. Yang terjadi sebenarnya adalah penggunaan dan implementasi Artificial inteligence (AI) berbasis teknologi robotik, Big Data dan Augmented Reality (AR ) di Perpustakaan Perguruan Tinggi secara masif. Secara definisi sebagaimana yang dilansir di Britannica.com, artificial intelligence (AI), the ability of a digital computer or computer-controlled robot to perform tasks commonly associated with intelligent beings. Artificial inteligence dapat dikatakan kecerdasan buatan yang menggunakan robot dan komputer digital dalam melakukan pekerjaan sebagai prototip makhluk yang cerdas. Terminolgi ini sering digunakan untuk menjelaskan pengembangan sistem yang berbasis pada karakteristik proses intelektual manusia untuk menalar, menemukan makna, menggeneralisasi atau belajar dari pengalaman masa lalu. Penerapan kecerdasan buatan dapat dilakukan dengan cara mengoperasikan teknologi robotik untuk melakukan shelving (penataan koleksi buku), weeding (mengeluarkan koleksi buku yang rusak) dan stock opname (sensus koleksi buku). Robot dapat pula berperan sebagai pustakawan referensi dengan menerapkan kecerdasan buatan berbasis sistim pakar. Robot dapat melakukan tanya jawab dan merekomendasikan koleksi apa yang harus dijadikan referensi bagi pemustaka sebagai rujukan bagi penelitiannya.

    Big data adalah data yang tersedia dalam database dengan jumlah besar yang terdiri atas beragam subyek ilmu pengetahuan. Dilansir pada gartner.com, Big data didefinisikan sebagai high-volume, high-velocity and/or high-variety information assets that demand cost-effective, innovative forms of information processing that enable enhanced insight, decision making, and process automation. Ini bermakna bahwa big data merupakan aset informasi yang memiliki volume yang tinggi, beragam, berisi informasi inovatif, hemat biaya, meningkatkan wawasan bagi pengambil keputusan sebagai proses automatisasi. Pemanfaatan Big data dapat dikatakan ekses dari Internet of Thing (IoT) di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustakawan harus mampu mengetahui e-resources yang di Internet yang disimpan di cloud computing (computasi awan).

    Dikutip dari Unair News online, peran pustakawan dalam implementasi big data di perpustakaan dinilai cukup penting, bekerjasama dengan para data analyst, data architect, IT specialist, untuk membangun database perpustakaan. Tugas dari pustakawan yang paling urgen adalah menentukan metadata, membuat thesaurus untuk membantu temu balik kembali, dan membuat parameter penelusuran. Implementasi big data di perpustakaan juga diikuti dengan pengembangan database teknologi, peningkatan skill pustakawan, mempromosikan interlibrary loan, dan layanan informasi personalisasi.

    Augmented Reality adalah teknologi yang diperoleh dengan menggabungkan secara real time konten digital yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Merriam-Webster.com, bahwa augmented reality didefinisikan sebagai an enhanced version of reality created by the use of technology to overlay digital information on an image of something being viewed through a device (such as a smartphone camera). Dengan kata lain augmented reality merupakan pengejawantahan versi nyata yang dibuat dan disempurnakan dengan teknologi digital menggunakan perangkat kamera seperti smartphone. Pemanfaatan konsep augmented reality dapat memudahkan hubungan dunia maya dengan dunia nyata hanya dengan memanfaatkan gadged yang ada ditangan. Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat menerapkannya dengan melengkapi menu virtual tour pada Perpustakaan Digitalnya (baca : website). Kemudahan memanfaatkan menu virtual tour dapat dimanfaatkan pemustaka untuk mengunjungi Perpustakaan Perguruan Tinggi tanpa biaya. Hanya dengan duduk santai di rumah, pemustaka dapat melihat kondisi Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dikunjunginya.